Kebijaksanaan Bikin Hidup Nyaman
Kebijaksanaan bikin hidup nyaman. Perilaku orang ikhlas itu sungguh mulia dan bijaksana. Yahya bin Mu’adz r.a. berkata, “Orang yang mulia tidak akan durhaka kepada Allah. Orang yang bijaksana tidak akan memilih dunia dengan meninggalkan akhirat.”
ARDA DINATA Pendiri Majelis Inspirasi Al-Qur’an & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia
Dalam hidup ini sungguh sering kali saya mengalami hadirnya sebuah kebijakan yang minim informasi terhadap apa yang akan diputuskan. Kebijakan pimpinan yang diputuskan berdasarkan informasi yang tidak holistik, tentu bisa berdampak kurang baik dan bahkan dapat berdampak buruk pada institusi atau biduk organisasi yang dia kelola.
Pun, sekecil apa pun informasi yang ada itu di mata orang-orang bijaksana akan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil itu tidak berdasarkan ego, keinginan yang sesaat. Tapi, orang bijaksana akan melihat semua sisi buruk dan keuntungan sebelum mengambil sebuah keputusan.
Fenomena seperti itu, sangat saya rasakan akhir-akhir ini. Sungguh, keputusan yang minim informasi, tanpa melihat kondisi saat ini dan melihat sejarah masa lalu untuk melihat pengembangan ke depan akan berdampak buruk terhadap hasil keputusan yang diambil. Jadi, berhati-hatilah. Ambillah keputusan dengan bijaksana dengan melihat sisi humanisme terhadap objek yang akan diputuskan.
Setiap kita pasti ingin berperilaku bijaksana, termasuk diri saya. Terkait hal kebijaksanaan ini, saya telah menulisnya di sini: https://insanitarian.com/2022/07/08/kebijaksanaan-bikin-hidup-nyaman/ . Silahkan kalau info ini bermanfaat tidak ada salahnya di-share ke teman-teman yang membutuhkan.
Bijaksanan itu bahasa amal dan bikin hidup seseorang jadi nyaman. Hidup nyaman itu dambaan tiap orang beriman. Kebijaksanaan berarti kepandaian menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuan), kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan, dan kondisi lainnya. Kebijaksanaan merupakan respon atau pemberian tanggapan atas pelaksanaan kebijakan dengan sikap yang tegas dan adil penuh kesabaran.
Sabar itu hanya dua tegukan. Hasan Basri r.a. berkata,
“Orang beriman itu arif (bijak), tidak berbuat jahil meski dijahati. Tidaklah seorang hamba mencicipi tegukan yang lebih agung daripada seteguk kebijaksanaan saat marah dan seteguk kesabaran saat mendapat musibah. Kalian tidak akan meraih apa yang kalian angankan kecuali dengan sabar terhadap apa yang kalian benci.”
Lebih jauh, Hasan Basri menyampaikan kalau kebaikan yang tak mengandung keburukan adalah syukur bersama sehat dan sabar saat mendapat ujian. Betapa banyak orang yang diberi nikmat, tetapi tidak bersyukur dan betapa banyak orang yang diuji, tetapi tidak bersabar.
Pada konteks kekinian, berarti adanya pandemi Covid-19 ini harus kita hadapi dengan rasa syukur dan sabar. Wujud syukur itu dengan cara menjaga protokol kesehatan agar kita terbebas dari paparan bahaya Covid-19 dan bersabar menghadapi ujian pandemi dengan ikhlas. Dibalik ujian ini pasti ada hikmah dari Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Cerita berikut mengajarkan bagaimana kita harus bersyukur dan sabar menghadapi ujian. Ash-Shabuni dalam buku Tanwirul Adz-Han menuliskan bahwa ada seorang laki-laki yang buruk rupa memiliki istri yang sangat cantik.
Pada suatu hari si istri melihat suaminya, lalu berguman, “Alhamdulillah.”
Suaminya berkata, “Ada apa?”
Dia menjawab, “Aku memanjatkan puji kepada Allah yang telah menjadikan diriku dan dirimu sebagai ahli surga, sebab engkau dianugerahi rizki, lalu bersyukur. Aku pun diberi rizki berupa suami sepertimu, lalu aku bersabar. Sungguh Allah telah menjanjikan surga bagi orang yang bersabar dan bersyukur.”
Sikap sabar dan syukur inilah balutan hidup yang harus merekat dalam jiwa orang-orang beriman. Ikhlas itu bertindak (bijak) tak berharap pujian dan beramal dengan kesungguhan. Indah dalam niat dan ringan tanpa beban dalam pelaksanaan.
Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Ihya Ulum al-Din bahwa orang yang ikhlas tak dimotivasi oleh pengharapan akan pujian. Orang yang ikhlas beramal dengan kesungguhan dan termotivasi hanya oleh-Nya. Meski demikian, bagi orang yang memahami, motivasi yang satu bisa melahirkan beberapa niat baik berbeda dari amal yang satu.
Perilaku orang ikhlas itu sungguh mulia dan bijaksana. Yahya bin Mu’adz r.a. berkata, “Orang yang mulia tidak akan durhaka kepada Allah. Orang yang bijaksana tidak akan memilih dunia dengan meninggalkan akhirat.” Dengan berpegang pada kedua sikap itu, maka orang yang bijaksana itu hidupnya akan jadi nyaman.
Menurut Imam Nawawi Al-Bantani dalam Nashaihul Ibad, menyebutkan sebagian ahli bijak itu memilih empat kalimat dari empat buah kitab suci, yaitu: