Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Pangan Siap Saji
Penggunaan nitrogen cair pada produk pangan siap saji, saat ini menjadi perhatian karena menimbulkan permasalahan bagi kesehatan masyarakat akibat tidak tahu prosedur kesehatan yang tepat dalam penggunaannya. Lalu, apa yang mesti dilakukan agar makanan jajanan yang memikat itu tidak berujung sekarat terjadi keracunan dan gangguan kesehatan?
Oleh: Arda Dinata
In SANITARIAN – Adanya makanan jajanan berupa ice smoke (ciki ngebul) yang menjadi jajanan dan digemari anak-anak, perlu diwaspadai. Mengingat melihat sensasinya, keberadaan ciki ngebul telah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan penikmat makanan jajanan. Padahal, dibalik semua itu bisa membahayakan para konsumen yang tidak mengetahui bahanya.
Ciki ngebul sendiri merupakan jajanan kekinian yang banyak dijual dan dicari karena keunikannya. Saat dikonsumsi, ciki ngebul dapat mengeluarkan asap yang berasal dari nitrogen cair atau liquid nitrogen yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
Kalau kita telusuri, asap pada makanan tersebut berasal dari nitrogen cair (liquid nitrogen). Yaitu nitrogen yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
Cairan tersebut terlihat jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Dengan kondisi seperti itu, maka keberadaannya dalam makanan tidak mengubah rasa jika digunakan untuk makanan secara langsung.
Daya Pikat Berujuk Sekarat
Visualisai tampilan makanan jajanan seperti ciki ngebul ini cepat menjadi viral dengan bantuan postingan pengguna dan pedangan lewat jaringan media sosial. Padahal, ada beberapa kejadian keracunan pangan dan kasus berbahaya yang dilaporkan sehubungan dengan mengkonsumsi pangan jajanan yang menggunakan nitrogen cair tersebut.
Berdasarkan rilis dari Kementerian Kesehatan RI, lewat Surat Edaran No. KL.02.02/C/90/2023 tentang ”Pengawasan Terhadap Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Pangan Siap Saji,” yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 6 Januari 2023. Dalam SE itu disebutkan pernah terjadi dan terlaporkan tiga kasus terkait penggunaan nitrogen cair pada makanan siap saji.
Pertama, pada Juli 2022, terjadi 1 kasus pada anak yang mengkonsumsi ice smoke di Desa Ngasinan Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo yang menyebabkan luka bakar.
Kedua, pada 19 November 2022, UPTD Puskesmas Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya melaporkan telah terjadi KLB keracunan pangan dengan jumlah kasus 23 orang. Satu kasus di antaranya dirujuk ke rumah sakit. Gejala itu timbul setelah mengkonsumsi jajanan jenis ciki ngebul.
Ketiga, pada 21 Desember 2022, UGD Rumah Sakit Haji Jakarta melaporkan menerima pasien anak laki-laki berumur 4,2 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hebat setelah mengkonsumsi jajanan jenis ciki ngebul.
Itulah beberapa contoh daya pikat makanan jajanan yang berujung sekarat terjadi keracunan dan kesakitan akibat penambahan nitrogen cair pada produk pangan yang tidak sesuai standar operasional kesehatan. Akibatnya, terjadi gangguan kesehatan dan keracunan makanan.
Gangguan kesehatan dan Keracunan Pangan
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu, penggunaan dan penambahan nitrogen cair pada makanan pangan siap saji yang berlebihan dan dikonsumsi jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
Diantaranya radang dingin, luka bakar (cold burn) pada jaringan kulit, tenggorokan terasa seperti terbakar, bahkan dapat terjadi kerusakan internal organ. Hal ini disebabkan oleh suhu yang teramat dingin dan langsung bersentuhan dengan organ tubuh dalam waktu yang panjang.
Selain itu, menghirup uap asap nitrogen dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang cukup parah. ”Nitrogen cair ternyata tidak hanya berbahaya bila dikonsumsi, uap asap nitrogen yang dihirup dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kesulitan bernafas yang cukup parah,” terang Dirjen Maxi.
Thank you for the auspicious writeup. It in fact was a amusement account it. Look advanced to far added agreeable from you! However, how can we communicate?