BiokimiaInspirasi SanitarianKesehatan LingkunganOpini

Merkuri, Manusia, dan Lingkungan

Merkuri, manusia, dan lingkungan merupakan tiga kata yang memiliki keterkaitan yang patut diwaspadai dalam hidup manusia. Sebab, kasus keracunan merkuri kerap terjadi akibat lingkungan yang tidak sehat.

Oleh: Arda Dinata

In SANITARIAN – Kasus keracunan merkuri telah dilaporkan dari belahan negara di dunia, yang mengakibatkan banyak kematian setiap tahunnya. Senyawa merkuri diklasifikasikan dalam berbagai jenis kimia, seperti bentuk unsur, anorganik, dan organik (Rafati-Rahimzadeh et al., 2014).

Ada tiga bentuk merkuri, yaitu merkuri unsur (atau logam), merkuri anorganik, dan merkuri organik (Park and Zheng, 2012). Merkuri ini termasuk logam beracun dan non-esensial dalam tubuh manusia. Merkuri tersebar di mana-mana di lingkungan, hadir dalam produk alami, dan ada secara luas dalam barang-barang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Merkuri ini, bila dilihat lebih spesifik, ternyata masuk dalam golongan unsur logam. Dalam buku toksikologi (Siwiendrayanti, Pawenang and Widowati, 2016), logam itu merupakan kelompok toksin yang unik dan dapat ditemukan di alam. Bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis maupun aktivitas manusia.

Dalam realitas kehidupan manusia saat ini, telah banyak dimanfaatkan manusia dalam bidang industri, pertanian, maupun kedokteran. Namun demikian, patut diwaspadai karena logam ini dapat berbahaya bagi manusia bila berada di makanan, air, dan udara.

Bahkan, tidak hanya itu, keberadaan logam dapat berbahaya bagi pekerja di tambang, peleburan, dan berbagai jenis industri. Tepatnya, adanya aktivitas manusia memberikan pengaruh pajanan secara bermakna karena dapat meningkatkan kadar logam dalam suatu lingkungan.

Dalam bahasa Rafati-Rahimzadeh et al. (2014), paparan jangka panjang merkuri dari sumber yang berbeda, misalnya air, makanan, tanah, dan udara menyebabkan efek toksik pada kardiovaskular, paru, saluran kemih, gastrointestinal, sistem saraf, dan kulit. Untuk itu, mari kita jaga bersama kondisi kesehatan lingkungan dari bahaya keberadaan merkuri tersebut.

BACA JUGA:  Bersahabat Dengan Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia)

Merkuri

Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri telah  dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1%-4% (Palar, 2008).

Merkuri ini tersebar di mana-mana. Ia ada di lingkungan dalam tiga bentuk: unsur merkuri (beracun seperti uap), merkuri organik (metil merkuri dan etil merkuri), dan merkuri anorganik (merkuri merkuri). Dari ketiga bentuk itu, semuanya memiliki efek kesehatan toksik (Ibrahim et al., 2006).

Lebih jauh, merkuri (Hg) dengan nomor atom 80 ini, adalah logam cair pada suhu dan tekanan kamar. Merkuri membeku pada -38,9 derajat C dan mendidih pada 357 derajat C. Kadang-kadang disebut perak cepat dan mudah dicampur dengan banyak logam lain, seperti emas, perak, dan timah (Stwertka AA, 2002).

Lingkungan

Merkuri, manusia, dan lingkungan merupakan tiga kata yang memiliki keterkaitan yang patut diwaspadai dalam hidup manusia. Sebab, kasus keracunan merkuri kerap terjadi akibat lingkungan yang tidak sehat.

Dalam beberapa tahun terakhir, karena ketersediaan berlimpah dari berbagai bahan kimia, tingkat keracunan telah meningkat. Orang dapat menggunakan atau menyalahgunakan obat-obatan, bahan kimia secara berlebihan, dan mungkin keracunan secara sengaja atau tidak sengaja (Paudyal, 2005), (Moghadamnia and Abdollahi, 2002). 

Demikian pula, yang terjadi pada logam berat, baik dilepaskan dari sumber alam atau dari limbah industri menimbulkan ancaman kesehatan yang konsisten bagi manusia (Rahimzadeh, Rahimzadeh and Moghadamnia, 2013).

Pada konteks ini, dalam lingkungan, merkuri elemental berbentuk cair pada suhu kamar. Ia dapat dilepaskan dengan mudah ke atmosfer sebagai uap merkuri karena tekanan uapnya yang tinggi. 

BACA JUGA:  Sehatkah Udara yang Kita Hirup?

Research Triangle Institute (1999) melaporkan kalau senyawa merkuri anorganik, ada dalam dua keadaan oksidatif (merkuri, Hg + ; merkuri, Hg ++), yang umumnya dalam bentuk padat sebagai garam merkuri atau merkuri dan senyawa merkuri dengan klorin, belerang, atau oksigen. 

Metilmerkuri dan etilmerkuri adalah bentuk organik umum dari merkuri yang dikombinasikan dengan karbon. Metilmerkuri juga terbentuk dari metilasi merkuri anorganik oleh mikroorganisme di lingkungan (Research Triangle Institute, 1999). 

Bentuk utama paparan merkuri pada populasi umum adalah metilmerkuri (MeHg) dari makanan laut, merkuri anorganik (I-Hg) dari makanan, dan uap merkuri (Hg 0 ) dari restorasi amalgam gigi (Björkman et al., 2007). Seringkali, bentuk merkuri yang berbeda menentukan rute paparan, penyerapan, distribusi, dan toksisitas organ target. 

Atas dasar itu, maka pantas saja kandungan merkuri ini dapat ditemukan dalam bentuk komersial yang berbeda. Merkuri dan senyawa terkaitnya diedarkan dan terkonsentrasi di tanah dan didistribusikan ke udara melalui bahan bakar batubara, tungku industri atau gunung berapi aktif. 

Merkuri, Manusia, dan Lingkungan
Daur ulang dari emisi atmosfer, pengendapan di reservoir air dan paparan dan bioakumulasi pada hewan dan manusia adalah contoh yang diketahui dari siklus merkuri di lingkungan (Mostafalou and Abdollahi, 2013)

Kemudian kembali ke tanah, air, atau organisme hidup. Daur ulang dari emisi atmosfer, pengendapan di reservoir air dan paparan dan bioakumulasi pada hewan dan manusia adalah contoh yang diketahui dari siklus merkuri di lingkungan (Mostafalou and Abdollahi, 2013) (lihat Gambar ).

Merkuri, manusia, dan lingkungan merupakan tiga kata yang memiliki keterkaitan yang patut diwaspadai dalam hidup manusia. Sebab, kasus keracunan merkuri kerap terjadi akibat lingkungan yang tidak sehat.

Konsentrasi Merkuri

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Badan Survey Geologi di Amerika Serikat yang diambil pada ketinggian 400 kaki dari permukaan tanah, dapat diketahui konsentrasi merkuri di lingkungan itu kandungannya cukup bervariasi, baik pada batuan, tanah, sungai, dan udara (Palar, 2008).

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

error: