Info KesehatanMajalah InsideOpini

Ayo Cegah Resistensi Antibiotik

Ayo cegah resistensi antibiotik!

Antibiotik, kata ini tentu sangat populer bagi orang yang sering sakit flu dan pergi berobat ke fasilitas kesehatan. Dokter selalu bertanya “apakah ada demam?” dan jika pasien jawab “iya”, maka sebagian besar dokter ketika menjelaskan resep obat akan bilang “ini antibiotiknya, minum 3 kali sehari sesudah makan dan jangan lupa habiskan obatnya ya” tak lupa diakhiri senyuman manis kepada pasiennya.

Oleh: Wawan Ridwan

Antibiotik, kata ini tentu sangat populer bagi orang yang sering sakit flu dan pergi berobat ke fasilitas kesehatan. Dokter selalu bertanya “apakah ada demam?” dan jika pasien jawab “iya”, maka sebagian besar dokter ketika menjelaskan resep obat akan bilang “ini antibiotiknya, minum 3 kali sehari sesudah makan dan jangan lupa habiskan obatnya ya” tak lupa diakhiri senyuman manis kepada pasiennya.

Ketika pasien ada yang bertanya “antibiotik ini obat apa dok?”, dokter biasanya menjawab “untuk mencegah infeksi”. Nah jadi apa sebenarnya antibiotik ini? Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat yang dibuat secara semi sintesis tersebut juga termasuk kelompok antibiotik, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antimikroorganisme.

Antibiotik digunakan sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme seperti bakteri yang bersifat patogen yang biasa dikenal dengan nama “kuman penyakit”. Antibiotik ini dibuat dari sejumlah bahan antimikroorganisme yang digunakan untuk menghambat kuman penyakit penyebab infeksi yang telah lama dikembangkan pada tingkat organisme, baik seluler maupun molekuler. Cara kerja antibiotik yaitu ada antibiotik yang bisa membunuh langsung kuman dan ada juga yang hanya menghambat pertumbuhan kuman untuk berkembang biak. Hal yang wajib diingat yaitu antibiotik hanya digunakan pada penyakit yang dicurigai karena bakteri. Jika disebabkan virus, penggunaan antibiotik tidak diperlukan bahkan tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan antibiotik tidak dapat membunuh virus.

Ayo cegah resistensi antibiotik!

Penggunaan antibiotik selain menimbulkan dampak positif yaitu tubuh kita menjadi sehat kembali, ada juga dampak negatifnya, yaitu terjadinya kekebalan atau resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik, meningkatnya efek samping obat dan bahkan berdampak kematian. Untuk mencegah atau meminimalisir dampak negatif tersebut, maka penggunaan antibiotik harus rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotik dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotik resisten seminimal mungkin.

BACA JUGA:  Kepemimpinan dan Komunikasi Efektif Sanitarian

Resistensi antibiotik ini sebenarnya bisa terjadi secara alami, walaupun antibiotik tersebut belum pernah dikenalkan pada bakteri. Selain itu, ada yang namanya resistensi dapatan, resistensi ini merupakan masalah besar. Resistensi dapatan merupakan akibat adanya perubahan komposisi genetik bakteri sehingga antibiotik yang awalnya sensitif (bisa membunuh atau menghambat bakteri) menjadi tidak sensitif lagi dan mengakibatkan resistensi. Resistensi ini bervariasi, terkadang perubahan genetis hanya berakibat penurunan aktivitas antibiotik,  tetapi tidak sampai menghilangkan keseluruhan efektivitas antibiotik.

Bakteri tertentu mampu menghasilkan enzim yang membuat antibiotik jadi tidak aktif lagi. Terbentuknya enzim yang menginaktivasi antibiotik ini diduga merupakan penyebab tersering resistensi berbagai jenis antibiotik. Contohnya, bakteri Staphylococcus menghasilkan enzim beta lactamase yang akan menghambat antibiotik jenis beta lactam (misalnya penisilin) sehingga antibiotik ini tidak bisa bekerja melawan bakteri. Perubahan permeabilitas membran sel menyebabkan penurunan masuknya (influx) antibiotik dan mengaktifkan pengeluaran (efflux) antibiotik. Akibatnya, akumulasi antibiotik di dalam bakteri menurun, sehingga efektivitas antibiotik juga akan menurun.

Ayo cegah resistensi antibiotik!

Strategi bakteri yang lain adalah dengan membentuk jalur metabolik alternatif. Contohnya resistensi dapatan terhadap kotrimoksazol disebabkan terbentuknya enzim dihydrofolate reductase yang resisten terhadap antibiotik dari plasmid atau transposon (DNA yang mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dalam kromosom yang sama atau berbeda). Elemen genetik yang bisa bergerak atau mobile ini menyebabkan penyebaran resistensi antibiotik antarbakteri menjadi cepat terjadi.

Pemakaian antibiotik yang tidak rasional (tidak tepat atau berlebihan) disinyalir merupakan penyebab bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Akibatnya, antibiotik tidak lagi efektif membunuh ataupun menghambat aktivitas bakteri. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional sering terjadi pada pasien rawat jalan di komunitas ataupun pasien yang dirawat inap di rumah sakit, baik sebagai pengobatan (terapi) ataupun pencegahan (profilaksis).

BACA JUGA:  Sedekah Akan Berbalas

Kesalahan di masyarakat adalah kebiasaan untuk mengobati sendiri penyakitnya tanpa berkonsultasi kepada dokter. Pasien akan membeli sendiri antibiotik dari apotek tanpa memahami cara penggunaannya dan menghentikannya sewaktu-waktu. Kebiasaan ini sangat mudah menciptakan bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Ayo cegah resistensi antibiotik!

Kemudian obat-obatan dari apotek bukanlah satu-satunya sumber antibiotik di lingkungan masyarakat umum. Antibiotik dapat ditemukan juga di peternakan. Pemberian antibiotik terhadap hewan ternak dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mencegah infeksi (bukan menyembuhkan infeksi). Antibiotik yang dimasukan dalam pakan ternak ada yang masuk ke saluran air dan mencemari air tanah. Hal ini berarti kita mendapatkan antibiotik dari makanan dan minuman yang tercemar antibiotik. Saat ini, pemberian antibiotik secara rutin pada hewan telah dilarang di Uni Eropa dan banyak negara maju lainnya.

Edukasi pengunaan antibiotik sangat penting bagi dokter, petugas medis dan juga masyarakat. Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat di sarana pelayanan kesehatan merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat dan keamanan pasien. Upaya untuk menurunkan kejadian resistensi dan meningkatkan penggunaan antibiotik secara bijak membutuhkan kerja sama semua pihak, baik dari pemerintah, pemegang kebijakan di fasilitas pelayanan kesehatan maupun para tenaga kesehatan. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2011 untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik secara bijak mengeluarkan  Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang pedoman umum penggunaan antibiotik. Pedoman penggunaan antibiotik ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan nasional dalam penggunaan antibiotik dalam pelayanan kesehatan bagi rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik milik pemerintah maupun swasta.

Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghindari infeksi bakteri resisten antibiotik, yaitu :

Ayo cegah resistensi antibiotik!

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

One thought on “Ayo Cegah Resistensi Antibiotik

Tinggalkan Balasan

error: