BiokimiaDasar KeslingInfo KesehatanInspirasi SanitarianSanitasi Makanan

Permata Musim Gugur: Jeruk dan Delima, Duo Antioksidan Penangkal Peradangan Kronis

Tren serupa juga terjadi pada produk suplemen. Badan POM mencatat peningkatan 40% pengajuan izin edar produk suplemen berbasis ekstrak jeruk dan delima dalam dua tahun terakhir.

Namun, tantangan tetap ada. Dr. Tan Shot Yen, dokter spesialis gizi klinik, mengingatkan tentang kualitas dan cara konsumsi. “Buah utuh selalu lebih baik daripada jus karena kandungan serat yang berperan penting dalam efek antiinflamasi. Sayangnya, banyak produk olahan menghilangkan komponen penting ini dan menambahkan gula berlebih yang justru bersifat pro-inflamasi.”

Harga juga menjadi kendala. Delima impor di Indonesia berharga Rp 60.000-120.000 per kilogram, tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat. “Tantangan ke depan adalah mengembangkan varietas lokal yang terjangkau atau menemukan alternatif buah lokal dengan profil fitokimia serupa,” saran Dr. Hardinsyah.

Merajut Tradisi dan Sains

Menariknya, konsumsi jeruk dan delima sebagai makanan sehat sudah dikenal dalam berbagai tradisi kuno. Dalam pengobatan Tiongkok kuno, delima dipercaya menyeimbangkan energi dan menguatkan darah. Sementara dalam naskah Ayurveda India, jeruk dan delima disebutkan sebagai buah “rasayana” yang memperpanjang umur.

Budaya Timur Tengah kuno bahkan menganggap delima sebagai simbol kesuburan dan keabadian. “Mungkin kearifan tradisional telah menangkap apa yang baru dikonfirmasi sains modern – bahwa buah-buahan ini memiliki khasiat luar biasa,” refleksi Prof. Dr. Dhian Dipo, antropolog kesehatan dari Universitas Indonesia.

Profesor Hayashida dari Kyoto University yang meneliti filosofi makanan tradisional Asia menambahkan, “Orang Jepang kuno percaya bahwa makanan dengan warna cerah seperti jeruk membangkitkan ‘ki’ atau energi vital. Sains modern mengkonfirmasinya melalui pemahaman tentang antioksidan dan fitokimia.”

Kearifan tradisional ini bisa menjadi fondasi untuk kampanye kesehatan modern. Dr. Emilia Harahap dari Ikatan Dokter Indonesia menyarankan, “Kita perlu mendekati masyarakat tidak hanya dengan data ilmiah, tapi juga menghubungkannya dengan nilai budaya dan tradisi lokal untuk meningkatkan kepatuhan diet sehat.”

Masa Depan Nutrisi Personalisasi

Penelitian nutrigenomik terbaru menunjukkan bahwa respons seseorang terhadap komponen aktif dalam jeruk dan delima dipengaruhi oleh variasi genetik. “Beberapa orang mendapatkan manfaat lebih besar dari punicallagin delima, sementara yang lain lebih responsif terhadap hesperidin jeruk, tergantung varian gen mereka,” jelas Dr. Safarina Malik, peneliti genomik di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Ini membuka jalan menuju nutrisi personalisasi – pendekatan diet yang disesuaikan dengan profil genetik individu. Beberapa klinik di Jakarta mulai menawarkan tes genomik yang hasilnya mencakup rekomendasi jenis dan jumlah buah-buahan yang optimal untuk profil genetik pasien.

“Lima tahun ke depan, aplikasi smartphone mungkin bisa menyarankan kombinasi buah yang tepat berdasarkan DNA, mikrobioma usus, dan biomarker darah spesifik Anda,” prediksi Dr. Budi Hartono, peneliti bioinformatika dari Universitas Indonesia.

Tuti Herawati, sang pensiunan guru, mungkin tidak memahami kompleksitas genomik dan jalur sinyal seluler. Namun, manfaat yang ia rasakan dari konsumsi rutin jeruk dan delima adalah nyata. “Yang saya tahu, saya lebih jarang merasakan nyeri dan bisa bermain dengan cucu lebih lama tanpa kelelahan berlebih. Itu sudah cukup bagi saya,” ujarnya sambil tersenyum.

Perpaduan kearifan tradisional dan sains modern tentang jeruk dan delima membuka cakrawala baru dalam pendekatan nutrisi sebagai pengobatan. Di tengah kompleksitas penyakit peradangan kronis yang menjadi epidemi global, solusi mungkin tersembunyi dalam kemewahan sederhana buah-buahan musim gugur ini.

“Dalam delima dan jeruk, alam menyediakan apotek mini yang sempurna — buah-buahan ini tidak hanya menghidrasi dan menyegarkan tubuh, tetapi juga dengan diam-diam memperbaiki kerusakan selular kita, seperti pengingat lembut bahwa kesembuhan terdalam sering datang dari sumber paling sederhana yang telah kita kenal sejak lama.”

Arda Dinata, adalah Peneliti dan Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL) Ahli Muda di Loka Labkesmas Pangandaran, Kemenkes RI.

Daftar Pustaka

Aviram, M., & Rosenblat, M. (2022). Pomegranate for your cardiovascular health. Rambam Maimonides Medical Journal, 13(2), e0011.

Basu, A., & Penugonda, K. (2023). Pomegranate juice: A heart-healthy fruit juice. Nutrition Reviews, 81(1), 49-67.

Danesi, F., & Ferguson, L. R. (2023). Cross-talk between food and inflammation: The role of polyphenols. Journal of Nutritional Biochemistry, 112, 109147.

Hardinsyah, H., & Supariasa, I. D. N. (2021). Ilmu gizi: Teori dan aplikasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Heber, D. (2022). Phytochemicals in citrus and pomegranate: Mechanisms of action in inflammatory diseases. Journal of the American College of Nutrition, 41(3), 217-226.

Kementerian Kesehatan RI. (2023). Pedoman gizi seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Malik, S., & Sudoyo, H. (2022). Nutrigenomics: The Indonesian perspective and future directions. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 31(4), 487-495.

Prayogi, S., & Margono, T. (2022). Mekanisme molekuler efek antiinflamasi fitokimia pada delima (Punica granatum). Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia, 9(2), 278-291.

Tan, S. Y. (2023). Kembali ke alam: Nutrisi alami untuk kesehatan optimal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

World Health Organization. (2023). Global status report on noncommunicable diseases 2023. Geneva: World Health Organization.

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

error: