BiokimiaDasar KeslingInfo KesehatanInspirasi SanitarianSanitasi Makanan

Permata Musim Gugur: Jeruk dan Delima, Duo Antioksidan Penangkal Peradangan Kronis

Oleh: Arda Dinata

“Makanan adalah obat yang paling ampuh. Buah-buahan musim gugur seperti jeruk dan delima mengandung kombinasi fitokimia unik yang bekerja sinergis melawan peradangan kronis – akar dari sebagian besar penyakit degeneratif modern.” — Dr. David Heber, Profesor Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat UCLA, dalam Jurnal American College of Nutrition (2022)

Sore itu, Tuti Herawati (63) dengan telaten memotong buah delima segar di dapurnya. Perempuan pensiunan guru ini rutin mengonsumsi jeruk dan delima sejak didiagnosis artritis reumatoid tiga tahun lalu. “Dokter saya juga merekomendasikan ini sebagai pendamping obat. Peradangan sendi saya berkurang signifikan, dan saya tidak sering kambuh seperti dulu,” ungkapnya sambil tersenyum. Pengalaman Tuti bukanlah kebetulan, melainkan didukung riset ilmiah terkini tentang potensi buah-buahan musim gugur dalam memerangi penyakit berbasis peradangan kronis.

Kekayaan Nutritif Tersembunyi

Jeruk dan delima mungkin tampak biasa di antara buah-buahan eksotis lainnya. Namun, keduanya menyimpan rahasia nutritif yang luar biasa. Penelitian dari Pusat Riset Nutrisi Molekuler Harvard University menunjukkan bahwa kedua buah ini memiliki profil antioksidan yang unik dan komplementer.

Prof. Dr. Ahmad Sulaeman, pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor menjelaskan, “Jeruk kaya akan vitamin C, bioflavonoid, dan limonoid, sementara delima unggul dalam kandungan polifenol khususnya ellagitannin dan punicallagin yang jarang ditemukan dalam buah lain. Kombinasi keduanya menciptakan spektrum perlindungan antioksidan yang hampir sempurna.”

Hal menarik adalah bagaimana kedua buah ini saling melengkapi. Dr. Hardinsyah, Ketua Pergizi Pangan Indonesia, dalam wawancara khusus menyatakan, “Jika kita analogikan dengan pertahanan militer, jeruk seperti pasukan infanteri yang melawan radikal bebas di garis depan, sementara delima berperan sebagai pasukan khusus yang menargetkan proses peradangan di tingkat selular yang lebih dalam.”

Revolusi Pemahaman Peradangan

Konsep peradangan kronis telah mengalami revolusi pemahaman dalam satu dekade terakhir. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2023 menunjukkan bahwa penyakit berbasis peradangan kronis berkontribusi pada 71% kematian global setiap tahun. Yang mengejutkan, studi terbaru dari Imperial College London menemukan bahwa 40% kasus peradangan kronis sebenarnya dapat dicegah melalui intervensi diet.

“Kita dulunya berpikir peradangan hanya terjadi saat tubuh terluka atau terinfeksi. Sekarang kita tahu bahwa peradangan tingkat rendah yang persisten merupakan mekanisme utama di balik diabetes, penyakit jantung, hingga beberapa jenis kanker,” jelas Dr. Fadilah Supari, mantan Menteri Kesehatan dan ahli kardiologi.

Dalam konteks ini, jeruk dan delima menjadi penting. Studi di Jurnal Nutrients (2023) menunjukkan bahwa konsumsi rutin kedua buah ini selama 12 minggu berhasil menurunkan penanda peradangan seperti Interleukin-6 dan Tumor Necrosis Factor-alpha hingga 32% pada subjek dengan sindrom metabolik.

Potret Global dan Lokal

Di tingkat global, tren konsumsi buah-buahan yang memiliki efek antiinflamasi meningkat drastis. Data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menunjukkan peningkatan permintaan delima sebesar 35% dalam lima tahun terakhir di pasar global. Spanyol dan Iran sebagai produsen delima terbesar dunia mencatat ekspor tertinggi dalam sejarah pada 2023.

Indonesia sendiri mengalami tren serupa. Dr. Anggoro Cahyo Sukartiko dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengungkapkan, “Impor delima Indonesia meningkat 28% tahun lalu, sementara budidaya jeruk lokal seperti keprok Batu dan siam Kintamani mengalami peningkatan permintaan yang signifikan dari pasar premium dan industri jus.”

Di Lembang, Jawa Barat, kelompok tani mulai mengembangkan varietas delima lokal yang disesuaikan dengan iklim tropis. “Ini baru tahun kedua, tapi hasil panen kami cepat terserap pasar. Konsumen mulai sadar nilai kesehatan buah ini,” ujar Asep Maulana, ketua kelompok tani Mekar Tani Lestari.

Mekanisme Molekuler

Yang membedakan jeruk dan delima dari buah lain adalah mekanisme molekuler spesifiknya dalam menekan peradangan. Riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan bahwa naringenin pada jeruk dan punicalagin pada delima bekerja pada jalur sinyal NF-kB, “saklar utama” peradangan dalam sel.

“Keunikan punicalagin pada delima adalah kemampuannya menghambat aktivasi gen-gen pro-inflamasi tanpa mengganggu respons imun alami tubuh,” jelas Dr. Subowo Prayogi, peneliti biokimia dari LIPI. “Sementara naringenin pada jeruk memiliki efek sinergis yang memperkuat efektivitas punicalagin.”

Studi di laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan bahwa ekstrak kombinasi jeruk-delima memiliki aktivitas antioksidan 47% lebih tinggi dibandingkan jika dikonsumsi terpisah, menunjukkan efek sinergis yang signifikan.

Aplikasi Klinis

Potensi terapeutik jeruk dan delima mulai diterapkan dalam pengaturan klinis. RS Cipto Mangunkusumo Jakarta sejak 2022 menjalankan program Diet Antiinflamasi yang memasukkan kedua buah ini dalam protokol nutrisi untuk pasien dengan kondisi peradangan kronis.

“Kami melihat hasil menggembirakan pada pasien autoimun, khususnya artritis reumatoid dan lupus,” ungkap Dr. Sukamto Koesnoe, spesialis penyakit dalam RSCM. “70% pasien melaporkan penurunan nyeri sendi dan 65% mengalami penurunan dosis obat antiinflamasi setelah enam bulan intervensi diet.”

Di Yogyakarta, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran UGM melakukan uji klinis terhadap 120 pasien pra-diabetes yang diberi suplementasi jus jeruk-delima selama 16 minggu. “Hasilnya, sensitivitas insulin meningkat 28% dan kadar HbA1C menurun rata-rata 0,7%,” papar Prof. Dr. Madarina Julia, endokrinolog anak yang memimpin penelitian.

Kementerian Kesehatan RI pun mengintegrasikan rekomendasi konsumsi buah antiinflamasi dalam Pedoman Gizi Seimbang edisi terbaru. “Kami mendorong masyarakat mengonsumsi minimal satu porsi buah berpigmen kuat seperti jeruk atau delima setiap hari,” ungkap Dr. Kirana Pritasari, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes.

Inovasi Produk dan Tantangan

Industri makanan dan minuman merespons dengan meluncurkan beragam produk berbasis kedua buah ini. PT Nutrifood Indonesia meluncurkan minuman sari jeruk-delima dengan tambahan ekstrak jahe yang ditargetkan untuk segmen kesehatan. “Penjualan kami melampaui target 200% dalam tiga bulan peluncuran,” ungkap Theresia Rustandi, Head of R&D perusahaan tersebut.

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

error: