BiokimiaEntomologiInspirasi SanitarianJurnal Kesehatan LingkunganKesehatan LingkunganOpiniVektor dan Binatang Pengganggu

Nanohibrida Transfluthrin, Solusi Ganda Tangkal Nyamuk dan Polusi Udara

Sementara itu, pengujian kemampuan filtrasi udara menunjukkan hasil yang sama menjanjikan. Laboratorium Kualitas Udara Dalam Ruangan Universitas Indonesia melaporkan bahwa material nanohibrida dapat mengurangi konsentrasi partikel PM2.5 hingga 94% dalam ruangan berukuran standar 3×4 meter dalam waktu 30 menit.

Integrasi dengan Teknologi Digital

Inovasi tidak berhenti pada material itu sendiri. Sekelompok peneliti dari Telkom University telah mengembangkan sistem pemantauan terintegrasi berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat memantau efektivitas nanohibrida dalam real-time.

“Kami memasang sensor pada material nanohibrida yang dapat mendeteksi konsentrasi transfluthrin yang tersisa dan efisiensi filtrasi. Data ini kemudian dikirim ke aplikasi smartphone sehingga pengguna dapat mengetahui kapan saatnya mengganti material,” jelas Dr. Khoirul Anwar, Direktur Pusat Penelitian IoT Telkom University.

Sistem ini juga mengumpulkan data penting tentang kepadatan nyamuk dan kualitas udara yang dapat dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut. “Ini adalah contoh sempurna dari pendekatan one health yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan,” tambah Dr. Anwar.

Prospek Global dan Kontribusi Indonesia

WHO dalam laporan terbarunya tentang penyakit tular vektor menekankan pentingnya pendekatan inovatif dalam pengendalian nyamuk, terutama menghadapi perubahan iklim yang memperluas habitat vektor penyakit. Dr. Veerasak Punyapornwithaya, pakar epidemiologi dari WHO Regional Asia Tenggara, mengatakan bahwa teknologi seperti nanohibrida elektrospun memiliki potensi untuk dimasukkan dalam strategi global pengendalian vektor.

“Apa yang dilakukan oleh para peneliti Indonesia sangat menjanjikan. Pendekatan multi-fungsi ini tidak hanya efektif tetapi juga hemat biaya dalam jangka panjang,” katanya saat Forum Kesehatan Global di Bangkok tahun lalu.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI telah menjalin kerja sama dengan tim peneliti untuk uji implementasi yang lebih luas. Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, mengungkapkan rencana untuk menguji teknologi ini di 50 daerah endemis DBD tinggi pada tahun 2025.

“Ini adalah contoh bagaimana riset Indonesia dapat memberikan solusi untuk masalah global,” ujar Dr. Nadia. “Jika hasil uji implementasi menunjukkan efektivitas yang konsisten, teknologi ini berpotensi menjadi bagian dari program pengendalian vektor nasional.”

Masa Depan yang Lebih Sehat

Pengembangan nanohibrida elektrospun transfluthrin menggambarkan bagaimana konvergensi nanoteknologi, sains material, dan kesehatan masyarakat dapat menciptakan solusi yang mengatasi beberapa tantangan kesehatan global sekaligus. Dengan kemampuan ganda sebagai penolak nyamuk jangka panjang dan penyaring udara efisien, teknologi ini menawarkan paradigma baru dalam pendekatan kesehatan preventif.

“Kita telah lama memperlakukan ancaman kesehatan secara terpisah-pisah,” kata Prof. Adi Utarini, pakar kesehatan masyarakat dari UGM. “Polusi udara ditangani oleh satu departemen, sementara pengendalian nyamuk oleh departemen lain. Teknologi ini menunjukkan bahwa pendekatan terintegrasi tidak hanya mungkin, tetapi mungkin juga lebih efektif.”

UNESCO, dalam pernyataannya mendukung inovasi sains untuk pembangunan berkelanjutan, menyoroti teknologi nanohibrida sebagai contoh bagaimana penelitian berbasis sains dapat berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) sekaligus, terutama SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan) dan SDG 11 (Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan).

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengoptimalkan teknologi ini, termasuk pengembangan berbagai formulasi yang dapat disesuaikan dengan kondisi geografis dan iklim yang berbeda. Namun, langkah pertama yang menjanjikan telah diambil menuju masa depan di mana perlindungan terhadap penyakit tular vektor dan polusi udara dapat disediakan oleh satu solusi inovatif.

“Sains terbaik tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, tetapi juga menginspirasi kita untuk memikirkan kembali bagaimana masalah itu saling terhubung. Ketika kita berhenti memisahkan ancaman kesehatan menjadi kotak-kotak terpisah, solusi baru yang lebih holistik dan berkelanjutan akan muncul.”

Arda Dinata, adalah Peneliti dan Tenaga Sanitasi Lingkungan (TSL) Ahli Muda di Loka Labkesmas Pangandaran, Kemenkes RI.

Daftar Pustaka:

Cahyaningsih, R., Nandiyanto, A. B. D., & Kusumastuti, Y. (2023). Long-lasting transfluthrin-loaded electrospun nanofibers for vector control applications. Nature Nanotechnology, 18(4), 412-419.

Kementerian Kesehatan RI. (2023). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kusumastuti, Y., Putri, M. D., & Satoto, T. B. T. (2023). Field evaluation of transfluthrin-incorporated electrospun nanofibers for Aedes aegypti control in dengue-endemic areas of Indonesia. Parasites & Vectors, 16(112), 1-12.

Moyes, C. L., Vontas, J., Martins, A. J., Ng, L. C., Koou, S. Y., Dusfour, I., Raghavendra, K., Pinto, J., Corbel, V., David, J. P., & Weetman, D. (2022). Contemporary status of insecticide resistance in the major Aedes vectors of arboviruses infecting humans. PLoS Neglected Tropical Diseases, 16(3), e0010226.

Umniyati, S. R., Satoto, T. B. T., & Utarini, A. (2023). Spatial repellency and air filtration efficacy of multi-functional transfluthrin-loaded nanofibers in urban settings of Indonesia. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 117(8), 487-496.

World Health Organization. (2023). Global Vector Control Response 2017-2030: Progress and Prospects. Geneva: World Health Organization.

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

error: