Efek Salinitas Terhadap Kemampuan Hidup Ae. aegypti Hasil Kolonisasi Laboratorium
Efek salinitas terhadap kemampuan hidup Ae. aegypti hasil kolonisasi laboratorium.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) yang habitatnya berada di sekitar tempat tinggal manusia. Habitat Ae. aegypti adalah kontainer-kontainer yang berada di dalam rumah, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan juga di luar rumah.
Oleh: Dewi Nur Hodijah
PENDAHULUAN
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) yang habitatnya berada di sekitar tempat tinggal manusia. Habitat Ae. aegypti adalah kontainer-kontainer yang berada di dalam rumah, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan juga di luar rumah.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya Ae. aegypti tersebut membutuhkan kondisi lingkungan fisik, kimia, dan biologi yang mendukung. Secara teoritis, nyamuk Aedes berkembang biak pada air jernih yang tidak bersinggungan langsung dengan tanah1.
Selama ini pengendalian DBD melalui pengendalian vektor hanya fokus pada tempat perkembangbiakan vektor yang secara teori sesuai dengan karakteristik habitatnya. Namun di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa Aedes dapat bertahan hidup pada beberapa kondisi yang tidak sesuai dengan karakteristiknya. Beberapa hasil penelitian menyebutkan kemampuan Aedes yang tidak hanya mampu hidup di air jernih tapi juga air tercemar.
Larva Aedes mampu bertahan hidup pada air got, selokan, air limbah sabun, air berklorin dan lain-lain2,3,4. Ae. aegypti juga dapat berkembang pada berbagai kondisi pH air dengan rentang pH 4 – pH 10. Selain itu Ae. aegypti dapat berkembang juga pada kondisi salinitas air.5 Penelitian lain menyebutkan Ae. aegypti mampu bertahan pada salinitas dengan rentang 0 gr/l – 6 gr/l6. Hal tersebut menunjukkan kemampuan nyamuk Aedes beradaptasi dengan lingkungan yang membuatnya mampu bertahan terhadap gangguan akibat fenomena alam.
Selain itu, telur nyamuk mampu bertahan dalam kondisi kering dan hidup tanpa air selama beberapa bulan pada sisi dinding kontainer atau beradaptasi dengan intervensi manusia7. Culicidae dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berbeda, sesuai dengan cara osmoregulasi mereka yaitu (a) osmoregulator air tawar; (b) euryhaline osmoregulator : memiliki struktur spesifik yang disesuaikan untuk osmoregulasi pada gradien konsentrasi garam yang berbeda; dan (c) osmokonformis euryhaline : toleran terhadap paparan salinitas karena kapasitas aklimasi mereka8.
Kemampuan Ae. aegypti untuk beradaptasi pada air dengan salinitas tertentu memang sudah dibuktikan. Namun bagaimana perkembangan siklus hidup nyamuk dari telur sampai nyamuk dewasa yang hidup pada salinitas air tertentu ini belum banyak di kaji. Dengan demikian perlu dilakukan studi untuk mempelajari perkembangan nyamuk Ae. aegypti pada salinitas tertentu.
Efek salinitas terhadap kemampuan hidup Ae. aegypti hasil kolonisasi laboratorium.
METODE
Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan diberikan pada kelompok Ae. aegypti dengan lima taraf konsentrasi salinitas. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Loka Litbangkes Pangandaran pada bulan Oktober-Desember 2018.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua nyamuk Ae aegypti yang diperoleh dari hasil kolonisasi di Laboratorium Loka Litbangkes Pangandaran. Sampel dalam penelitian adalah 75 ekor nyamuk betina gravid I spesies Aedes aegypti dengan lima macam konsentrasi perlakuan (0 gr/l , 3 gr/l, 5 gr/l, 7 gr/l, 9 gr/l) dan 3 kali pengulangan. Salinitas air dibuat dengan menggunakan garam laut yang dilarutkan pada aquades. Pemilihan ovitrap plastik yang di gunakan dalam penelitian ini dikarenakan bahan plastik merupakan bahan kontainer yang paling banyak digunakan oleh masyarakat selain semen dan keramik yang berpotensi tinggi sebagai tempat perindukan nyamuk9,10 sehingga diharapkan hasilnya sesuai dengan realita di lingkungan masyarakat.
Sebanyak 75 ekor nyamuk dewasa yang sudah mencapai gravid I diambil dan dimasukkan ke dalam 3 kandang, kemudian dimasukan larutan gula dan ovitrap yang berisi air 100 ml dengan berbagai konsentrasi salinitas pada masing-masing kandang. Jumlah telur yang muncul pada ovitrap diamati sampai pada hari ketujuh. Dari telur yang ada pada ovitrap selanjutnya diambil 150 telur dari masing-masing konsentrasi yang kondisinya baik. Daya tetas telur diamati, selama pertumbuhannya larva dijaga salinitasnya serta kekeruhan airnya. Lama pertumbuhan larva menjadi pupa diamati sampai hari ke sepuluh. Nyamuk dewasa yang dihasilkan selanjutnya diambil sampel secara acak sebanyak 5 nyamuk tiap konsentrasi. Nyamuk dimatikan dan diukur panjang sayap di bawah mikroskop menggunakan mikrometer.
HASIL dan PEMBAHASAN
Efek salinitas terhadap kemampuan hidup Ae. aegypti hasil kolonisasi laboratorium.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nyamuk betina gravid mau meletakkan telurnya pada kondisi air yang mengandung kadar garam, bahkan sampai kadar garam tertinggi masih ditemukan adanya telur Aedes. Hasil pengamatan terhadap oviposisi terlihat bahwa pada semua ovitrap ditemukan telur hasil oviposisi nyamuk Ae. aegypti betina gravid I dengan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan.
Pengulangan pada proses pengamatan dilakukan hingga tiga kali sehingga diperoleh hasil jumlah telur nyamuk tertinggi pada salinitas 3 gr/L dengan total telur 692 butir dengan rerata total telur yang diperoleh 231 butir. Rata-rata jumlah telur yang dihasilkan tiap konsentrasi tersaji dalam Tabel 1. Hasil analisa statistik menunjukkan konsentrasi salinitas tidak berpengaruh terhadap oviposisi Ae. aegypti ( p value 0,456).
Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Telur pada Berbagai Konsentrasi Salinitas.
Konsentrasi (g/L) | Jumlah Telur (Butir) | Rata-rata (Butir) |
0 | 672 | 224 |
3 | 692 | 231 |
5 | 458 | 153 |
7 | 544 | 181 |
9 | 345 | 115 |
Kondisi fisik air yang mengandung kadar garam ternyata tidak mempengaruhi nyamuk betina gravid untuk meletakkan telurnya. Jika ada genangan air yang dianggap aman oleh nyamuk tersebut untuk meletakkan telurnya maka disitulah nyamuk betina gravid akan meletakkan telurnya. Ae. aegypti memiliki organ kemoreseptor dan mekanoreseptor, sehingga dapat mengetahui tempat untuk meletakkan telur, tempat makanan, mengenal sesama jenis, membedakan musuh (pemangsa) atau menemukan lawan jenis11.
Sebagian telur yang diperoleh dari tiga kali pengulangan kemudian ditetaskan pada konsentrasi salinitas yang sama dengan konsentrasi salinitas ovitrap. Dari seluruh telur yang ditetaskan, sebanyak 85,2% telur menetas menjadi larva. Daya tetas tertinggi terdapat pada konsentrasi 3 gr/L yaitu sebanyak 89% hanya terpaut selisih 3% dengan kontrol, sedangkan daya tetas terendah yaitu pada konsentrasi 5 g/L hanya 76% telur yang menetas. Berdasarkan analisa statistik terlihat bahwa konsentrasi tidak berpengaruh terhadap daya tetas telur dari Ae. aegypti ( p value 0,847).
Adanya perubahan iklim, tata guna lahan, dan perubahan lingkungan fisik menuntut perubahan pola hidup manusia. Ae. aegypti sebagai serangga yang memiliki habitat di sekitar tempat tinggal manusia memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan tersebut. Adanya peralatan dan sampah sampah plastik di lingkungan tempat tinggal manusia sangat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan Ae.aegypti. Secara teoritis, nyamuk Ae. aegypti berkembang biak pada air jernih yang tidak bersinggungan langsung dengan tanah1. Hasil penelitian Jacob (2014) menyatakan bahwa larva Ae. aegypti tidak hanya mampu hidup pada air jernih, tetapi juga mampu bertahan hidup pada air got yang didiamkan dan menjadi jernih4. Menurut Hoedojo (1993) dalam Yogyana (2013) menurut kondisi lingkungan kimia, larva Ae. aegypti dapat bertahan hidup dalam wadah yang mengandung air dengan pH normal berkisar antara 5,8 – 8,6 dan air yang mengandung kadar garam dengan konsentrasi 0 – 0,7 gr/l6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larva Ae. aegypti mampu menetas pada kadar salinitas sampai 9 gr/l. Kemampuan ini menunjukkan kemampuan adaptasi Aedes pada kondisi lingkungan yang diluar habitat normalnya7.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.