Kesehatan LingkunganLingkungan FisikOpiniPembuangan Tinja & Air Limbah

Waspadai Virus, Iklim, dan Penularan Penyakit Dalam Air Limbah

Waspadai Virus, Iklim, dan Penularan Penyakit Dalam Air Limbah:

Virus dapat ditularkan kepada manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi iklim (seperti suhu dan kelembapan), dan kepadatan penduduk (Dalziel et al., 2018)1.

Oleh Arda Dinata*

In SANITARIANVirus, iklim, dan penyakit merupakan kata yang menjadi hal penting dalam menjaga kesehataan dan mencegah penularan penyakit oleh virus. Apalagi, sejak kasus covid-19 merebak, keberadaan makhluk bernama virus ini menjadi perhatian banyak pihak. Dan pamornya menjadi lebih terkenal.

Merebaknya virus di lingkungan sekitar manusia, tentu atas jasa dan kontribusi kondisi suhu, kelembapan, dan kecepatan angin yang optimal. Dengan kata lain, variabel iklim itu (suhu, kelembapan, dan kecepatan angin) dapat menjadi penyebab langsung interaksi biologis antara virus dan manusia.

Di sini, kondisi iklim telah menjadi prediktor utama penyakit pernapasan seperti SARS, pneumonia, dan covid-19. Seperti yang dilaporkan hasil penelitian bahwa faktor iklim itu merupakan variabel yang menentukan kelangsungan hidup dan penularan virus SARS2. Begitu juga, adanya perubahan cuaca (iklim) memiliki korelasi atas perubahan angka kematian yang disebabkan oleh pneumonia3.

Terkait covid-19, keberadaan cuaca menjadi faktor penting dalam menentukan kejadian covid-19 di Jakarta. Tepatnya, keberadaan faktor meteorologi seperti kelembapan, jarak pandang, dan kecepatan angin dapat mempengaruhi stabilitas lingkungan, atau mempengaruhi kelangsungan hidup virus4. Dalam bahasa Dalziel et al. (2018), virus dapat ditularkan kepada manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi iklim (seperti suhu dan kelembapan), dan kepadatan1.

Yuk, Waspadai Virus, Iklim, dan Penularan Penyakit Dalam Air Limbah!

Perubahan Iklim

Adanya perubahan iklim, disadari banyak kalangan diperkirakan akan berdampak pada berbagai aspek di masyarakat, termasuk tak ketinggalan adalah bidang kesehatan. Apalagi mayoritas populasi dunia rentan terhadap patologis, penyakit menular yang siklus hidupnya sensitif terhadap faktor lingkungan (udara, air, dan tanah).

BACA JUGA:  Pengendalian Polutan Mikro dari Kotoran Manusia

Kabar buruknya, hampir semua yang disebut penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases/ NTD) termasuk kategori itu. Hal ini berarti bahwa pola geografis penularan puluhan infeksi di masa depan kemungkinan akan dipengaruhi ketentuan iklim dalam jangka pendek (musiman), menengah (tahunan), dan panjang (dekade)5.

Pengaruh negatif perubahan iklim ini telah menjadi pembicaraan banyak kalangan pemerhati dan peneliti bidang lingkungan hidup. Mulai adanya prediksi peningkatan frekuensi el nino6, pengurangan keanekaragaman hayati7, pengurangan produksi pertanian8, sampai dengan peningkatan terjadinya penyakit dan kematian, yang secara tidak proposional mempengaruhi daerah yang lebih miskin9.

Untuk itu, kondisi iklim dan lingkungan di mana manusia berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari harus menjadi perhatian kita semua agar tidak terjadi penularan penyakit yang ditularkan oleh virus. Bahkan, saat ini virus juga sudah ditemukan dalam air limbah. Hal ini, tentu keberadaan virus makin dekat dan siap ‘menyapa’ manusia setiap saat bila kondisi kita lengah.

Studi komprehensif sistem pengolahan air limbah, memungkinkan sejumlah besar sampel untuk diproses secara bersamaan. Pendektan ini telah terbukti penting dalam mempelajari nasib virus selama dan setelah proses pengolahan air limbah dan lumpur, dalam mengevaluasi efesiensi sistem pengolahan, dan dalam mengindetifikasi jalur penularan penyakit manusia melalui paparan air limbah atau lumpur10.

Virus Dalam Air Limbah

Selain faktor iklim tersebut, penyakit yang disebabkan virus ini juga ada faktor lain yang perlu diperhatikan dan jadi bahan penelitian terkait penyebaran penyakit oleh virus ini. Ambil contoh terkait kondisi resistensi virus, daya tahan dan mobilitas penduduk di daerah yang terjadi pandemi virus tersebut.

Sebab, virus itu ada di mana-mana dan persisten dalam air limbah, baik yang belum diolah maupun sudah diolah, serta yang ada di badan air penerima10. Sumber utama keberadaan virus, termasuk patogen virus dalam air limbah, tidak lain adalah bersumber dari kotoran manusia. Tepatnya, dari kotoran manusia yang terinfeksi11, 12, 13.

BACA JUGA:  Puasa, Terapi Jiwa Menuju Sehat

Orang yang terinfeksi itu mampu melepaskan 105 hingga 1012 partikel virus per gram tinja14. Dan kabar terkini, selain virus patogen manusia, virus yang ditularkan melalui air berasal dari produksi makanan, peternakan, limpasan permukaan musiman, dan sumber lainnya juga terdapat dalam air limbah15.

Lebih jauh, kenapa kita harus waspada terhadap keberadaan patogen virus tersebut. Selain faktor sumber keberadaan virus dalam air tersebut, kita juga harus waspada karena selama ini banyak badan air yang menerima air limbah yang telah diolah itu, seringkali digunakan untuk kegiatan rekreasi dan pertanian, serta sebagai sumber air baku untuk prroduksi air minum15, 16.

Akhirnya, untuk atasi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus ini, maka kita tidak saja harus memperhatikan masalah kondisi dan perubahan iklim. Justru, yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kualitas kesehatan individu. Inilah hal yang harus jadi perhatihan utama setiap orang, seperti perilaku membiasakan mencuci tangan dan personal hygiene. Inilah ranah edukasi dan promosi yang harus terus dijaga dan ditingkatkan cakupannya dalam masyarakat secara terus menerus.

Bagaimana menurut Anda tentang Waspadai Virus, Iklim, dan Penularan Penyakit Dalam Air Limbah ini?

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

_❤oOo❤_

Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: