Kulit Tangan, Desinfektan, dan Hand Sanitizer
Kulit Tangan, Desinfektan, dan Hand Sanitizer: Tangan, bagian tubuh yang memiliki peranan vital dalam kehidupan manusia. Ia, bukan saja alat untuk melancarkan aktivitas manusia. Tapi, lebih dari itu, ia juga sebagai media dalam menyebarkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Baik penularan langsung maupun tidak langsung.
Oleh Arda Dinata*
In SANITARIAN – Anak kecil itu terlihat asyik bermain dengan media tanah dan air. Ia begitu cerah ceria bermain menggunakan tanah dan air. Anak itu terlihat riang, manakala ada cipratan air mengenai sebagian wajah dan tubuhnya. Sejurus kemudian, adonan tanah liat itu dengan lincahnya telah melukis baju dan hampir semua bagian tangan dan kakinya. Dia bermain dengan riang gembira. Padahal, tanpa ia sadari dibalik permainan itu, ada ancaman mikroorganisme yang bersumber dari air dan tanah liat yang digunakan tersebut.
Ilustrasi penyebaran mikroorganisme itu, tidak saja menyerang dunia anak-anak. Tapi, orang dewasa dan orangtua pun memiliki peluang yang sama untuk terjadinya penyebaran kuman penyakit melalui kegiatan hariannya itu, bila tidak menjaga kebersihan tangan dan tubuhnya.
Sebetulnya, lewat ilustrasi di atas, saya hanya ingin menegaskan bahwa lewat media tangan itulah aneka kuman dan bibit penyakit dapat menyebar dalam tubuh manusia. Artinya, kebersihan tangan itu memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan, karena lewatnya dapat dengan mudah terkontaminasi (tercemar) dari kontak langsung dengan tetesan mikroorganisme di udara dari batuk dan bersin. Khususnya dalam situasi seperti wabah pandemi, sangat penting untuk memutus rantai penularan virus dengan praktik sanitasi tangan yang benar (Jing, Pei Yi, Rajendran J. C. Bose, et al., 2020).
Atas dasar itulah, saya mencoba berbagi lewat tulisan Kulit Tangan, Desinfektan, dan Hand Sanitizer ini terkait bagaimana sejatinya kulit tangan manusia itu. Dan bagaimana peran desinfektan agar kuman penyakit itu tidak menyebar ke dalam tubuh kita?
Sanitasi Tangan
Secara normal, dalam lapisan kulit kita itu sejatinya tidak saja berfungsi menghalau atau menghalangi seseorang dari mikroorganisme berbahaya, ia juga ternyata menampung beragam bakteri yang menguntungkan seperti Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Micrococcus spp., Propionibacterium spp., dan Corynebacterium spp. (Chiller, Selkin and Murakawa, 2001), (Cogen, Nizet and Gallo, 2008).
Lebih jauh, dalam bahasa (Chiller, Selkin and Murakawa, 2001), dikatakan kalau kulit itu adalah lingkungan untuk pertumbuhan bakteri yang terkontrol. Kulit itu mendukung pertumbuhan bakteri komensal, yang melindungi inang dari bakteri patogen.
Untuk itu, menjaga kebersihan tangan telah ditetapkan sebagai hal yang penting untuk mengurangi kolonisasi dan kejadian penyakit menular di semua populasi. Kepatuhan terhadap rekomendasi kebersihan tangan diyakini memainkan peran penting dalam mengurangi risiko infeksi gastroenterik dan pernapasan (Liu et al., 2013), (Tamimi et al., 2015).
Secara demikian, keberadaan sanitasi tangan (kulit) ini tentu keberadaannya sangat penting dalam kehidupan setiap orang. Keberadaan kulit ini, kalau diteliti terdiri dari tiga lapisan utama. Yakni, ada epidermis superisial (50-100 m), dermis tengah (≈2 mm), dan hipodermis terdalam (1-2 mm). Ini merupakan garis pertahanan pertama melawan mikroorganisme yang menyerang sambil memberikan perlindungan terhadap dampak mekanis dan mencegah kehilangan air yang berlebihan dari tubuh (Jing, Pei Yi, Rajendran J. C. Bose, et al., 2020).
Lewat ketiga lapisan kulit itulah, lapisan kulit menjalankan perannya. Adapun fungsi penghalang yang vital dari lapisan kulit tersebut terutama berada di lapisan epidermis paling atas, stratum korneum (SC). SC ini mengandung lapisan korneosit yang berdiferensiasi akhir membentuk lapisan basal epidermis. Korneosit yang berdekatan saling berhubungan oleh sambungan membran yang disebut korneodesmosom untuk meningkatkan kohesi SC (Wickett and Visscher, 2006).
Pingback: Mengembalikan Kondisi Kulit Mulus - In Sanitarian Indonesia