OpiniPromkesVektor dan Binatang Pengganggu

Virus Lyssa Menyebar, Rabies Menjalar

Virus Lyssa menyebar, rabies menjalar. Berdasarkan perhitungan tahun 1995 kerugian akibat rabies secara langsung mencapai Rp. 7 miliar tiap tahun. Meskipun pengendalian penyakit rabies telah dilakukan oleh pemerintah, kejadian rabies di beberapa daerah masih tetap tinggi.

– Supriyatna –

In SANITARIANLYSSA, bukanlah nama gadis seksi yang bikin laki-laki beraksi. Lyssa adalah nama virus yang di bawa melalui gigitan binatang (anjing) yang terkena rabies. Lyssa ini merupakan virus rabies termasuk famili Rhabdoviridae dan bersifat neurotrop. Virus ini menjalar melalui jaringan saraf menuju saraf sentral dengan perantaraan gigitan hewan yang menderita rabies atau jilatan hewan rabies pada kulit yang terluka.

Menyebarnya virus Lyssa akhir-akhir ini bikin heboh di Indonesia, karena kehadirannya menyebabkan pamor penyakit rabies ikut terangkat ke permukaan. Hal ini seperti diberitakan beberapa media, berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.

Tren ini menjadi perhatian, pasalnya di tahun 2010 ini, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies. Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. Lalu, bagaimana sebenarnya secara epidemiologi keberadaan penyakit rabies ini di Indonesia?

BACA JUGA:  Nutrisi Gaya Hidup Sehat

Sejarah rabies

Rabies merupakan penyakit zoonosis yang sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian pada hewan maupun manusia. Rabies dilaporkan terjadi di seluruh dunia, kecuali Inggris, Australia dan Selandia Baru. Menurut Soedarto, Guru Besar Parasitologi Universitas Airlangga, mengungkapkan kalau virus rabies ini selain menginfeksi manusia, juga dapat menulari semua hewan berdarah panas. Karena itu berbagai binatang dapat menjadi hospes sumber penular, misalnya anjing, kucing, kera, hewan karnivora, dan kelelawar pengisap darah.

Namun demikian tutur Soedarto, pada manusia, sumber utama penularan di daerah perkotaan adalah anjing dan hewan peliharaan yang menderita rabies dan infeksi terjadi melalui gigitan. Penularan virus rabies terhadap pekerja laboratorium harus juga mendapat perhatian, terutama mereka yang menangani hewan coba yang kemungkinan menderita rabies.

Secara epidemiologis, di Indonesia penyakit rabies dilaporkan pertama kali oleh Schorl pada tahun 1884 di Bekasi pada seekor kuda, kemudian disusul laporan Esser tahun 1889 pada kerbau di Bekasi. Tahun 1890 Penning melaporkan kasus rabies pada anjing di Tangerang, sedangkan kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh de Haan pada tahun 1894 di Cirebon (Hardjosworo 1984).

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

error: