Bakteri Berkeliaran Saat Musim Hujan
Hati-hati bakteri berkeliaran saat musim hujan, seperti ungkapan berikut: “Pada masa seperti ini bakteri lebih banyak berkeliaran, sehingga kebersihan diri dan lingkungan sangat diperlukan. Sebab, penyakit seperti diare dan muntaber biasanya mudah menyerang karena kurangnya kebersihan, sehingga orang menjadi rentan terkena penyakit tersebut.”
dr.Rita Verita Sri H.,M.M.
MEMASUKI musim hujan, masyarakat harus waspada terhadap wabah penyakit yang biasa menjangkit karena udara lembap seperti influenza, flu burung, diare, dan demam berdarah dengue (DBD). Untuk itu, masyarakat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) agar terhindar dari berbagai penyakit. Demikian, diungkapkan Plt. Kasubdin Penyehatan Lingkungan dan Permukiman Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, dr.R.W.Wahyu S.Mp.H. (Pikiran Rakyat, 26/10/07).
Ia mengungkapkan, sampai pertengahan Oktober 2007, jumlah penderita DBD se-Jawa Barat mencapai 23.577 orang. Dari jumlah itu, kasus kematiannya mencapai 243 orang. Sementara itu, penyakit diare lebih tersebar di kawasan pedesaan. Hal ini disebabkan genangan air hujan yang tercemar bibit penyakit yang kemudian dikonsumsi masyarakat. Setiap tahunnya, tren penderita terus meningkat. Pada tahun 2006, jumlah penderita diare mencapai 26.000 jiwa. Sedangkan tahun ini, sampai Oktober 2007, jumlahnya sudah mencapai 23.000 jiwa.
Selain itu, sepanjang tahun 2007, muncul 87 kasus flu burung pada manusia dengan tingkat kematian mencapai 10 orang. Virus Avian Ifluenza (AI) yang menyebabkan penyakit flu burung akan lebih bertahan lama di tengah kondisi cuaca yang lembap.
Hal senada diungkapkan Kasubdin Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr.Rita Verita Sri H.,M.M., masyarakat diharapkan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungannya. “Pada masa seperti ini bakteri lebih banyak berkeliaran, sehingga kebersihan diri dan lingkungan sangat diperlukan. Sebab, penyakit seperti diare dan muntaber biasanya mudah menyerang karena kurangnya kebersihan, sehingga orang menjadi rentan terkena penyakit tersebut,” ujarnya.
Menyikapi kenyataan seperti itu, lantas bagaimana sebetulnya bakteri itu dapat berkembangbiak dan menyebar pada saat musim hujan?
Pertumbuhan bakteri
Hadirnya hujan setelah sekian lama kita kegerahan merasakan panasnya musim kemarau, sesungguhnya merupakan berkah yang patut kita syukuri. Namun, keberkahan itu bisa berubah menjadi bencana bila kita tidak menyiapkan datangnya musim hujan dengan baik. Yakni berupa pemeliharaan kebersihan lingkungan (sanitasi) dan kebiasaan berperilaku bersih/sehat. Adanya musibah banjir, wabah diare, penyebaran flu burung, ISPA, dan lainnya adalah merupakan salah satu contoh ketidak siapan kita dalam menghadapi musim hujan.
Terkait datangnya musim hujan, ada satu fenomena yang patut kita sikapi dengan benar adalah terkait penyebaran penyakit yang disebabkan oleh adanya bakteri. Untuk itu, kita harus mengaetahui bagaimana bakteri ini bisa tumbuh dan berkembangbiak saat musim hujan. Menurut Tim Bakteriologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, yang dimotori Sjoekoer M. Dzen, mengungkapkan seperti halnya makhluk hidup tingkap tinggi, untuk pertumbuhannya, secara fiski bakteri perlu suhu tertentu, pH, tekanan osmose. Sedangkan secara kimiawi, bakteri juga butuh unsur karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, sedikit senyawa logam, dan oksigen.
Untuk kelangsungan pertumbuhannya, bakteri perlu suhu tertentu. Berdasarkan teori bakteriologi medik, terkait dengan suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan, bakteri ini dapat dibagi jadi tiga golongan. Pertama, golongan bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 0 – 20 derajat Celcius, dengan suhu optimal 25 derajat Celcius. Misalnya, golongan mikroba laut.
Kedua, golongan bakteri Mesofil, yaitu bakteri yang tumbuh antara suhu 25 – 40 derajat Celcius, dengan suhu optimal 37 derajat Celcius. Misalnya, golongan bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia. Dan ketiga, golongan bakteri Termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 50 – 60 derajat Celcius.
Sementara itu terkait dengan derajat keasaman (pH), pada umumnya bakteri memiliki pH netral (pH 6,5 – 7,5). Walau demikian, beberapa bakteri ada yang dapat hidup di bawah pH 4 dan ada juga bakteri yang dapat hidup maupun tumbuh pada pH alkalis.
Air dan perkembangan bakteri
Musim hujan identik dengan melimpahnya kuantitas air di lingkungan/alam. Bahkan akibat melimpahnya volume air dan didukung dengan rendahnya pengelolaan lingkungan serta penanganan sanitasi yang seadanya, tidak mustahil bila kemudian terjadi banjir air di sana-sini. Lalu, apa hubungannya air dengan pertumbuhan bakteri?
Pokoknya, kita harus hati-hati bakteri berkeliaran saat musim hujan. Air yang memiliki unsur kimia H2O ini merupakan bahan yang amat penting bagi pertumbuhan bakteri. Mengapa? Sebab, menurut Roekistiningsih, dkk (2003: 32) dikarenakan 80 – 90 % bakteri tersusun atas air. Oleh karena itu, tekanan osmose sangat diperlukan untuk mempertahankan bakteri agar tetap hidup.
Kalau kita teliti lebih jauh, ternyata untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan, sang bakteri ini, selain memerlukan air juga perlu unsur lainnya. Misalnya unsur karbon. Unsur ini memiliki arti sangat penting bagi pertumbuhan bakteri. Sumber karbon antara bakteri yang satu dengan lainnya tidaklah sama. Dan yang jelas telah diketahui bahwa berat unsur karbon itu merupakan setengah dari berat kering bakteri.