EntomologiOpiniVektor dan Binatang Pengganggu

Nyamuk Aedes aegypti yang Perlu Anda Ketahui

“Secara umum nyamuk Aedes aegypti tubuhnya terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, thorak, dan abdomen (perut). Pada kepala terdapat sepasang antena yang berbulu dan probosis yang pada betina berfungsi untuk menusuk menghisap darah. Sementara itu, pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap nektar bunga. Palpus maksilaris terdiri dari 4 ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan, ukuran palpus maksilaris ini lebih pendek dibanding dengan probosis.”

(Christopher, 1960).
Oleh: Arda Dinata dan Yulidar

In SANITARIAN – Salah satu nyamuk yang merupakan vektor dari penyakit demam berdarah dengue adalah Aedes aegypti. Berdasarkan taksonominya, Aedes aegypti ini termasuk ke dalam ordo Diptera, subordo Nematocera, famili Culicidae, subfamili Culicinae, genus Aedes, subgenus Stegomya, spesies Aedes aegypti.

Untuk pertama kali nyamuk Aedes aegypti ini ditemukan di Mesir pada tahun 1762 oleh Linneaus. Pada tahun 1787 ditemukan di Afrika oleh Poiret, tahun 1818 ditemukan oleh Meigen di Portugal, tahun 1827 ditemukan di India oleh Rob-Desvoidy, tahun 1828 ditemukan di Amerika Serikat oleh Wiedemann, tahun 1856 ditemukan di Brazil dan tahun 1860 ditemukan di Indonesia oleh Walker (Chritopher, 1960).

Aedes aegypti pertama kali di Indonesia ditemukan di Ujung Pandang yang kemudian menyebar luas ke berbagai wilayah yaitu Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Irian Jaya (Hoedojo, 1993).

Dalam pandangan Hoffmann dan Hercus (2000), Aedes aegypti merupakan serangga dengan siklus hidup yang kompleks dimulai dari telur menjadi larva, kemudian pupa dan dewasa. Daur hidup yang komplek ini memungkinkan nyamuk Aedes aegypti memiliki adaptasi yang tinggi dalam mempertahankan hidupnya, mampu hidup dan bertelur dalam habitat yang kecil dan yang minim sumber nutrisi, suhu yang kurang optimum, cekaman dari luar sehingga memerlukan suatu usaha maksimal untuk kesuksesan hidupnya.

BACA JUGA:  Perlunya Membangun TPSA yang Sanitair

Morfologi Aedes aegypti

Secara umum nyamuk Aedes aegypti tubuhnya terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, thorak, dan abdomen (perut). Pada kepala terdapat sepasang antena yang berbulu dan probosis yang pada betina berfungsi untuk menusuk menghisap darah. Sementara itu, pada nyamuk jantan berfungsi untuk menghisap nektar bunga. Palpus maksilaris terdiri dari 4 ruas yang berujung hitam dengan sisik berwarna putih keperakan, ukuran palpus maksilaris ini lebih pendek dibanding dengan probosis (Christopher, 1960).

Pada bagian thorak, abdomen, dan kaki terdapat bercak-bercak putih yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Thorak Aedes aegypti agak membongkok dan terdapat skutelum yang berbentuk tiga lobus, ditutupi oleh skutum pada punggung (dorsal) berwarna gelap keabu-abuan yang ditandai dengan bentukan menyerupai huruf Y yang ditengahnya terdapat sepasang garis membujur berwarna putih keperakan, terdapat dua macam sayap, sepasang sayap pada bagian mesothorak dan sepasang sayap pengimbang (halter) pada metathorak (Christopher, 1960).

Pada sayap terdapat saluran trakea longitudinal yang terdiri dari kitin yang disebut venasi. Sayap pada Aedes aegypti terdiri dari vena costa, vena subcosta, dan vena longitudinal. Terdapat tiga pasang kaki yang masing-masing terdiri dari kocae, trokhanter, femur, tibia dan lima tarsus yang berakhir sebagai cakar. Pada pembatas antara prothorak dan mesothorak, dan antara mesothorak dengan metathorak terdapat stigma yang merupakan alat pernafasan (Christopher, 1960).

Bagian abdomen Aedes aegypti berbentuk panjang ramping, tetapi pada keadaan gravid (kenyang darah) abdomen mengembang. Abdomen terdiri dari sepuluh ruas dengan ruas terakhir menjadi alat kelamin. Pada betina alat kelamin disebut sersi sedangkan pada jantan alat kelamin disebut hypopigidium. Bagian dorsal abdomen Aedes aegypti berwarna hitam bergaris-garis putih, sedang pada bagian ventral serta lateral berwarna hitam dengan bintik-bintik putih keperakan (Christopher, 1960).

BACA JUGA:  Menjaga Perut

Telur Aedes aegypti

Pada waktu dikeluarkan, telur Aedes aegypti berwarna putih, dan berubah menjadi hitam dalam waktu + 30 menit. Telur diletakkan satu demi satu di permukaan air, atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak lebih kurang 2,5 cm dari tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2-40C, namun akan menetas dalam waktu 1-2 hari rendah pada suhu 23-270C (Hoedojo, 1993).

Menurut Brown (1971), telur yang diletakkan di dalam air akan menetas dalam waktu 1–3 hari pada suhu 300C, tetapi membutuhkan waktu 7 hari pada suhu 160C. Pada kondisi normal, telur Aedes aegypti yang direndam di dalam air akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua. Telur Aedes aegypti berukuran kecil (50µ), sepintas lalu tampak bulat panjang dan berbentuk lonjong (oval). Di bawah mikroskop, pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk ini tampak adanya garis-garis membentuk gambaran seperti sarang lebah. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas telur adalah suhu, pH air, cahaya, kelembaban dan daya fertilitas telur itu sendiri (Gerberc, 1994 & Chan, 1977).

Larva Aedes aegypti

Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Pada stadium ini, kelangsungan hidup larva dipengaruhi suhu, pH air perindukan, ketersediaan makanan, cahaya, kepadatan larva, lingkungan hidup, serta adanya predator (Gloucester, 1970). Adapun ciri-ciri larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada ruas terakhir pada abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut berbentuk kipas (Palmate hairs) (Christopher, 1960).

Pada corong udara (siphon) terdapat pektin serta sepasang rambut yang berjumbai. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3. Bentuk individu dari comb scale seperti duri, pada sisi thorak terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala. Jentik Aedes aegypti biasa bergerak-gerak lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang. Jentik mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu jentik Aedes aegypti disebut pemakan makanan di dasar atau bottom feeder (Hoedojo, 1993).

BACA JUGA:  Kebijaksanaan Bikin Hidup Nyaman

Pada saat jentik mengambil oksigen dari udara, jentik menempatkan corong udara (sifon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Temperatur optimal untuk perkembangan larva adalah 25-300C. Larva berubah menjadi pupa memerlukan waktu 4-9 hari dan melewati empat fase atau biasa disebut instar. Perubahan instar tersebut disebabkan larva mengalami pengelupasan kulit atau biasa disebut ekdisis. Perkembangan dari instar pertama (L1) ke instar  kedua (L2) berlangsung dalam 2-3 hari, kemudian dari instar kedua (L2) ke instar ketiga (L3) dalam waktu 2-3 hari, dan perubahan dari instar ketiga (L3)  ke instar keempat (L4)  dalam waktu 2-3 hari (Christopher, 1960).

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: