Strategi Desinfeksi Untuk Rumah Sakit
1. Teknologi desinfeksi dengan teknik pembakaran (insinerasi). Yakni pembakaran pada rentang suhu tinggi antara 800 hingga 1200 derajat Celcius, yang benar-benar membunuh patogen. Teknik ini memiliki kekuatan berupa operasi sederhana, penghancuran total limbah medis. Kelemahan dari teknik ini adanya pelepasan racun dan sisa limbah padat, termasuk perlu energi secara intensif.
Sementara itu, teknik pembakaran ini memiliki peluang sebesar 90% dapat mengurangi volume sampah organik. Sebagai ancaman dari teknik ini adalah adanya pelepasan polutan sekunder seperti dioksin, furan, dan abu.
2. Teknologi desinfeksi dengan teknik pirolisis. Yaitu teknik teknologi dari insinerasi, biasanya beroperasi pada kisaran suhu 540-830 derajat Celcius yang mencakup pirolisis-oksidasi, pirolisis plasma, pirolisis berbasis induksi, dan pirolisis laser.
Kekuatan dari teknik pirolisis adalah penghancuran total racun seperti furan dan dioksin. Adapun kelemahannya ialah biaya investasi yang tinggi dan permintaan taan yang ketat untuk nilai panas limbah.
Sementara itu, teknik pirolisis ini memiliki peluang penghematan energi dan penguraian volume sampah yang lengkap. Teknologi ini dianggap sebagai teknologi yang aman.
3. Teknologi desinfeksi dengan teknik gelombang nikro. Teknik ini beroperasi di bawah kisaran suhu dari 177-540 derajat Celcius dan termasuk polimerisasi terbalik dengan menerapkan gelombang mikro berenergi tinggi di bawah atmosfer inert untuk memecah bahan organik.
Kekuatan teknik gelombang mikro ini, menggunakan suhu aksi rendah, menghembat energi, dan lebih sedikit pelepasan polutan tanpa emisi gas. Cuman kelemahannya, spektrum desinfeksi yang relatif sempit. Bahkan, terkadang perlu diterapkan dengan autoklaf.
Adapun peluangnya, teknik ini adalah pembangunan fasilitas pengolahan gelombang mikro bergerak untuk pengolahan limbah di tempat. Sebagai ancamannya ada faktor dampak kompleks dari desinfeksi.
4. Teknologi desinfeksi dengan teknik kimia. Teknik ini diterapkan secara luas untuk pra-perlakuan limbah medis dalam kombinasi dengan pencacahan mekanis sebelumnya. Volume limbah yang dihancurkan, selanjutnya dicampur dengan desinfektan kimia dan disimpan dalam sistem tertutup untuk waktu tertentu. Dalam proses ini, zat organik didekomposisi dan mikroorganisme menular dinonaktifkan atau dibunuh.
Pengolahan kimia limbah medis ini ada yang berbasis klorin dan nonklorin. Dalam sistem perawatan bernasis klorin, NaOCl atau ClO2 digunakan sebagai media desinfektan, di mana elektronegativitas klorin membantu dalam ikatan peptida dan mendenaturasi protein yang mengikuti penetrasi lapisan sel bahkan pada pH netral.
Kekuatan dari teknik kimia ini ialah performa cepat dan stabil, serta berada dalam spektrum sterilisasi yang luas. Sedangkan kelemahannya, teknik kimia ini tidak mengurangi volume dan massa limbah medis.
Teknik kimia ini berpeluang terhadap aplikasi desinfektan di dalam/di tempat berpotensi menghancurkan spora virus sehingga secara efektif mengendalikan penyebaran virus. Teknik kimia ini dari sisi ancaman ialah adanya aerosol antropogenik yang terbentuk dapat menembus alveoli saat terhirup. Dan penyerapan desinfektan yang dikabutkan ke dalam kulit bisa menyebabkan kanker.
5. Teknologi desinfeksi dengan teknik menggunakan hidrogen peroksida yang diuapkan. Teknik ini memiliki kekuatan akan aplikasi suhunrendah yang sensitif terhadap panas. Adapun kelemahannya ialah konsentrasi berkurang dengan adanya bahan selulosa.
Sementara itu, teknik tersebut berpeluang terhadap pemrosesan ulang dan penggunaan kembali barang-barang pelindung yang dimungkinkan setelah didesinfeksi lengkap. Namun, ada ancaman berupa aerosol yang dikabutkan karena fogging menyebabkan kerusakan kesehatan yang parah pada alveoli, kulit, dan mukosa.
6. Teknologi desinfeksi dengan teknik panas kering. Teknik ini memiliki kekuatan berupa kompatibilitas bahan polimer dengan kemungkinan pemrosesan ulang. Adapun kelemahan teknik ini, keberadaan dekontaminasi bekerja melalui semua lapisan virus yang terperangkap dalam partikel tidak terjawab.
Sementara itu, teknik panas kering ini berpeluang dalam penggunaan kembali masker N95 dan APD sangat dimungkinkan yang dapat mengurangi risiko rantai pasokan. Sedangkan ancaman dari teknik panas kering ini adalah dekontaminasi semua lapisan virus yang terperangkap dalam partikel dipertanyakan.
Itulah enam strategi desinfeksi untuk rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Semoga informasi seputar strategi desinfeksi untuk rumah sakit ini bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat dan tenaga sanitarian di lapangan. Akhirnya, saya nantikan komentar dari pembaca dan kebutuhan informasi lainnya yang dibutuhkan. Salam sanitasi dan kesehatan lingkungan.***
_❤oOo❤_
Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.
_❤oOo❤_
Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:
- Biokimia
- Buku Kesehatan Lingkungan
- Dasar Kesling
- Entomologi
- Hyperkes
- Info Kesehatan
- Inspirasi Sanitarian
- Jurnal Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Lingkungan
- Lingkungan Fisik
- Majalah Inside
- Mikrobiologi
- Opini
- Parasitologi
- Pembuangan Tinja & Air Limbah
- Pengelolaan Sampah
- Pengembangan Profesi
- Penyehatan Air Minum
- Peraturan
- Promkes
- Renungan
- Rumah Sehat
- Sanitasi Makanan
- Sanitasi Rumah Sakit
- Sanitasi Tempat Umum
- Teknologi Tepat Guna
- Vektor dan Binatang Pengganggu
Anda tidak ingin ketinggalan informasi dari leman website In SANITARIAN INDONESIA di https://insanitarian.com/! Caranya klik whatsApp di bawah ini:
Arda Dinata adalah Penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di
http://www.produktifmenulis.com,
https://www.miqraindonesia.com/