Info KesehatanKesehatan LingkunganOpini

Penyakit Paru Tidak Hanya TBC

7. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyakit paru tidak hanya TBC, ada juga PPOK. PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup Bronkitis Kronis, Bronkiektasis, Emfisema dan Asma.

PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispneu saat beraktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Suzanne C. Smeltzer, 2001:594). Keterangan lain menyebutkan, kalau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) ini, bisa juga menyerang pada pasien emfisema kronik dan biasanya dia juga menderita bronkitis kronik dan memperlihatkan tanda-tanda kedua penyakit tersebut (Elizabeth J. Corwin, 2000:437).

Dalam bahasa lain, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK, [Chronic Obstructive Pulmonary Disease]-COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut COPD (Price and Wilson, 2006:784).

Penyakit paru obstruktif kronis ini merupakan beberapa penyakit paru yang jelas secara anatomi, memberikan tanda kesulitan pernapasan yang mirip yaitu terbatasnya jalan udara yang kronis, terutama bertambahnya resistensi terhadap jalan udara saat ekspirasi (Robins dan Kumar, 1995:137).

Dalam literatur lain menyebutkan kalau bronkitis kronik ini merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut (Price and Wilson, 2006:784). Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung tiga bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut (Suzanne C. Smeltzer, 2001:600).

Sedangkan untuk bronkitis kronis terjadi apabila terdapat batuk produktif yang persisten sedikitnya tiga bulan berturut-turut selama minimal dua tahun berurutan (Robins dan Kumar, 1995:138). Bronkitis kronik merupakan suatu definisi klinis yaitu betuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama dua tahun berturut-turut. Istilah emfisma paru berarti adanya udara yang berlebihan di dalam paru (Guyton & Hall, 2007:553).

BACA JUGA:  Ayo Cegah Resistensi Antibiotik

PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja. (terhadap batubara, kapas dan padi-padian) merupakan faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahunan.

PPOK juga ditemukan terjadi pada orang yang tidak mempunyai enzim yang normal yang mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tetentu. PPOK tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan merupakan kelainan yang mempunyai kemajuan lambat yang timbul bertahun-tahun sebelum awitan gejala-gejala klinis kerusakan fungsi paru.

Pokoknya, PPOK ini sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia bayi, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek fungsi paru tertentu, seperti kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat, menurun sejalan dengan peningkatan usia. PPOK memperburuk banyak perubahan fisiologi yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruktif jalan napas (dalam bronkitis) dan kehilangan daya kembang elastik paru (pada emfisema). Karenanya, terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perfusi pada pasien lansia dengan PPOK (Smeltzer, 2001).

8. Penyakit Paru Akibat Pekerjaan

Penyakit paru tidak hanya TBC, termasuk penyakit paru yang kedelapan ialah penyakit paru akibat pekerjaan. Penyakit paru golongan ini terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja.

Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru.

Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah. Partikel yang lebih padat yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh.

BACA JUGA:  Keselamatan Jalan Terjamin, Kecelakaan Minim

Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup:

Pertama, di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa lebih mudah dikeluarkan melalui batuk.

Kedua, di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan melenyapkannya.

Partikel yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula di dalam tubuh. Beberapa partikel (misalnya serbuk tanaman) dapat menyebabkan reaksi alergi seperti rinitis alergika atau asma. Serbuk batubara, karbon dan oksida perak tidak menimbulkan reaksi yang berarti dalam paru-paru. Serbuk silika dan asbes bisa menimbulkan jaringan parut yang menetap pada jaringan paru-paru (fibrosis paru). Dalam jumlah yang cukup besar, asbes ini bisa menyebabkan kanker pada perokok.

Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 bagian yaitu:

Pertama, akibat debu organik, misalnya debu kapas (bissinosis), debu padi-padian (Grain worker’s disease), debu kayu.

Kedua, akibat debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika (silikosis), debu asbes (asbestosis), debu timah (stannosis).

Ketiga, penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3).

Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakit sudah lanjut. Pada penyakit paru akibat kerja pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita.

Jadi, penyakit paru tidak hanya TBC ya! Akhirnya, dengan kita mengenal kedelapan jenis penyakit paru-paru tersebut, maka diharapkan kita akan terhindar dari bahaya dan terjadinya penularan penyakit paru dalam kehidupan kita sehari-hari.***

BACA JUGA:  Tepuk Tangan untuk Pasukan Garda Terdepan

_❤oOo❤_

Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

_❤oOo❤_

Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:

Anda tidak ingin ketinggalan informasi dari leman website In SANITARIAN INDONESIA di  https://insanitarian.com/! Caranya klik whatsApp di bawah ini:

Arda Dinata adalah Penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di

https://insanitarian.com/ ,

http://www.produktifmenulis.com,

https://ardadinata.com/, dan

https://www.miqraindonesia.com/

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: