Faktor Risiko Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia)
Bersahabat dengan malaria, inilah inovasi dalam capai eliminasi malaria dan sebagai kunci dalam wujudkan Indonesia bebas malaria. Apalagi, Kementerian Kesehatan menargetkan Indonesia bebas malaria di tahun 2030. Yakni, ada sebanyak 5 regional telah ditetapkan sebagai target eliminasi untuk mencapai bebas malaria.
Arda Dinata
Oleh: Arda Dinata
Setiap tanggal 25 April, kita memperingati Hari Malaria Sedunia. Tema Nasional Peringatan Hari Malaria Sedunia tahun 2022 adalah “Ciptakan Inovasi Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria”.
Agar lewat momen perayaan ini, jargon yang diusung menjadi kena, maka kita harus memandang malaria itu sebagai “sahabat kita.” Mengapa? Sebab, lewat kita bersahabat kita menjadi tahu apa itu penyakit malaria, cara mengenal sejak dini resiko kejadian malaria tersebut.
Urutan Isi Tulisan:
Kenali Sejak Dini Resiko Malaria
❤oOo❤_

Faktor risiko kejadian malaria yang harus dicermati dengan baik adalah menyangkut faktor migrasi. Mobilitas dan perpindahan penduduk dari desa ke kota memungkinkan terjadinya penularan penyakit malaria.
Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena penduduk baru membawa penyakit yang ada di daerahnya atau sebaliknya. Daerah yang penduduknya tidak mempunyai kekebalan terhadap penyakit akan tertular penyakit yang dibawa para pendatang tersebut atau sebaliknya.
Di samping itu, pendatang dari daerah baru ke daerah asal dan membawa penyakit yang semula di daerah asal tidak ada penyakit tersebut,misalnya transmigran. Bisa terjadi juga masyarakat yang berpindah dari daerah endemisitas rendah ke daerah endemis tinggi malaria, hal ini akan membahayakan kesehatannya apabila tidak dilindungi.
Menetapnya transmisi malaria di beberapa daerah Jawa-Bali, kemungkinan disebabkan salah satunya dari impor malaria dari luar Jawa-Bali (Harijanto; 2000). Berdasarkan Onori dan Grab (1980) dalam Susana (2011) faktor-faktor penentu penularan malaria di zona epidemiologis yaitu salah satunya adalah importasi parasit malaria lewat perpindahan penduduk dan migrasi penduduk yang non imun.
Dalam arti lain, perpindahan penduduk menjadi faktor penting dalam peningkatan kasus malaria, meningkatnya perjalanan ke daerah endemis mengakibatkan kasus impor (Gunawan; 2000). Masyarakat yang berada di daerah endemis malaria biasanya mempunyai imunitas/ kekebalan secara alami, sehingga mempunyai pertahanan alami dan lebih tahan untuk terinfeksi malaria (Depkes RI; 2003).
Pada konteks ini, ada hal yang patut dicermati yaitu tentng riwayat penyakit malaria sebelumnya. Tepatnya, malaria yang disebabkan oleh P.vivax dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3-4 tahun.
Pada plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Kumat pada P. falciparum terjadi karena siklus di dalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur (Depkes RI; 1999). Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk imunitas sehingga akan lebih rentan terhadap infeksi malaria berikutnya.
Faktor resiko lain adalah terkait penggunaan kemoprofilaksis. Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi malaria, sehingga apabila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Obat yang dipakai terutama bekerja pada siklus eritrositer. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah endemis dalam waktu yang tidak terlalu lama seperti turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain (Depkes RI; 1999). (Bersambung).
Urutan Isi Tulisan:
Pingback: Obat Anti Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia) - Inspirasi Sanitarian
Pingback: Gejala Klinis Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia) - Inspirasi Sanitarian
Pingback: Kenali Sejak Dini Resiko Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia) - Inspirasi Sanitarian
Pingback: Bersahabat Dengan Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia) - Inspirasi Sanitarian