Info KesehatanInspirasi SanitarianKesehatan LingkunganOpiniPromkesVektor dan Binatang Pengganggu

Manajemen Penanggulangan Penyakit Bersumber Nyamuk

Manajemen penanggulangan penyakit bersumber nyamuk sangat penting untuk atasi penyakit bersumber nyamuk. Maka dari itu, manajemen penanggulangan penyakit tidak semestinya dilakukan hanya pada manusia atau sejumlah penduduk yang terkena sesuatu penyakit saja, tapi faktor lingkungannya juga harus menjadi perhatian utama yang perlu disehatkan.

Arda Dinata
Oleh: Arda Dinata

In SANITARIAN – Memasuki perubahan cuaca ke musim hujan, masyarakat harus waspada terhadap wabah penyakit yang biasa menjangkit karena udara lembap seperti influenza, flu burung, diare, dan demam berdarah dengue (DBD). Untuk itu, masyarakat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) agar terhindar dari berbagai penyakit.

Sementara itu, data yang disampaikan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik (Dit. P2PTVZ) Kementerian Kesehatan, menyebutkan bahwa situasi Dengue/DBD di Indonesia sampai dengan Minggu ke 14 tahun 2022, yaitu:

  • Kasus Dengue/DBD tahun 2021 sebanyak 73.518 kasus. Kematian DBD 705. IR 27/100.000 pendudukCFR 0,9%. Dengue/DBD tersebar di 474 kab/kota, pada 34 provinsi.
  • Kasus Dengue/DBD tahun 2022 sampai minggu ke 14 secara kumulatif terlaporkan 32.213 kasus dengan 323 kematian DBD. IR 11,72 / 100.000 penduduk. CFR 1,0%. Kasus Dengue/DBD terlaporkan dari 427 kab/kota di 34 provinsi. Terdapat penambahan kasus di minggu ke 14 sebanyak 9882 kasus. Terdapat penambahan kematian sebanyak 198 kematian.
  • Suspek Dengue yang bersumber dari laporan SKDR secara kumulatif sampai minggu ke 14 tahun 2022 sebanyak 35.145 suspek. Kasus Dengue/DBD sebagian besar terjadi pada kelompok usia 15-44 tahun.

Melihat data dan fakta tersebut, tentu kita tidak bisa mengelak dari kehadiran nyamuk yang mematikan tersebut. Justru, kita semua harusnya dapat bersahabat dengan nyamuk Aedes aegypti ini, agar terhindar dari penyakit DBD.

Dari sini terlihat bahwa masalah kesehatan di begitu kompleks, salah satunya terkait dengan ancaman penyakit DBD, yang hampir terjadi tiap tahun. Lalu, ada apa sebenarnya dengan penyakit bersumber nyamuk itu? Bukankah sosialisasi dan penyebarluasan informasi, mulai dari bahaya penyakit DBD, cara pencegahan dan pengobatannya telah diketahui masyarakat?

BACA JUGA:  Parameter Kualitas Daging

Pertanyaan semacam itulah yang menggelitik pikiran sebagian besar masyarakat. Melalui tulisan singkat ini, penulis mencoba melihat sisi lain fenomena tersebut untuk kita renungi bersama. Jangan-jangan, sesungguhnya ada yang kurang pas dengan apa yang telah kita lakukan terkait pengendalian DBD selama ini.

Penyakit Bersumber Nyamuk

Adanya proses pembangunan di Indonesia, sadar atau pun tidak telah meningkatkan perpindahan penduduk, pembukaan lahan hutan untuk permukiman dan lahan perkebunan, urbanisasi, dan lainnya. Konsekuensi hal tersebut, ternyata telah memberi dampak pada peningkatan habitat vektor yang secara tidak langsung meningkatkan penyakit tular vektor, seperti malaria, filariasis/kaki gajah, dan DBD.

Pokoknya, implikasi proses pembangunan selama ini telah memperlihatkan sisi lain berupa adanya kecenderungan meningkatnya penyakit yang baru muncul dan timbulnya penyakit yang lama (Emerging and Reemerging Diseases). Hal ini terbukti dari meningkatnya prevalensi beberapa penyakit, seperti malaria, DBD, adanya seropositif untuk penyakit Hanta Virus, serta kemungkinan munculnya Conggo Fever dan Paragonimiasis.

Dengan kata lain, peluang penularan penyakit tular vektor yang bersumber binatang makin besar dengan adanya mobilitas penduduk yang makin tinggi. Sehingga, dampak dari kegiatan itu terhadap dunia kesehatan sungguh luar biasa. Misalnya, pada konteks kekinian, permasalahan kesehatan akibat serangan nyamuk pada manusia, selain menyebabkan gangguan psikis berupa kejengkelan, juga akibat gigitan nyamuk pada sejumlah orang telah mengakibatkan reaksi alergi pada kulit dengan peradangan.

Menurut Sugeng J.M.(2002), peristiwa yang membahayakan adalah nyamuk vektor yang menginokulasikan patogen yang berbahaya dan ganas (virulen), penimbul penyakit akut dan kronis. Kita mengenal sejumlah penyakit bersumber nyamuk yang dapat menimbulkan kematian langsung, seperti malaria, DBD, dan Japanese Encephalitis (JE). Atau kecacatan dan ketidak mampuan fisik, seperti filariasis limfatik dengan elephantiasis.

Manajemen Lingkungan

Dewasa ini, beragam penyakit menular muncul, termasuk penyakit bersumber nyamuk. Dan sepanjang itu pula, berbagai cara telah dilakukan untuk menanggulanginya. Namun, selama ini kelihatannya ada yang salah. Kita tahu, sebagian besar dari penyakit tersebut terkait erat dengan kondisi lingkungan (baik global maupun lokal).

BACA JUGA:  Faktor Risiko Malaria (Catatan Hari Malaria Sedunia)

Maka dari itu, manajemen penanggulangan penyakit tidak semestinya dilakukan hanya pada manusia atau sejumlah penduduk yang terkena sesuatu penyakit saja. Tapi, faktor lingkungannya juga harus menjadi perhatian utama yang perlu disehatkan.

Berbicara masalah penyakit menular, harus kita bahas secara khusus menyangkut faktor lingkungannya. Yang secara nyata, jelas-jelas mempermudah terjadinya penyebaran penyakit tersebut.

Dalam hal ini, diakui Dr.dr. Anies, MKes, PKK, dalam Manajemen berbasis lingkungan solusi mencegah dan menanggulangi penyakit menular (2006), disebutkan bahwa kesalahan yang utama, dalam pengelola penyakit adalah tidak memperhitungkan pengaruh faktor lingkungan. Diingatkan Anies, peran lingkungan dalam meningkatkan derajat kesehatan sangat besar.

Apa yang diungkap Anies tersebut, tentu tidak mengada-ada. Pasalnya, jauh-jauh hari berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan H.L. Blum (1974) dalam Planning for health, development and application of social change theory, bahwa faktor lingkungan berperan sangat besar di samping perilaku, daripada faktor pelayanan kesehatan dan keturunan. Memang, kita pun menyadari walau tidak selalu lingkungan ini sebagai penyebabnya, melainkan juga sebagai penunjang, media transmisi maupun memperberat penyakit yang telah ada.

Konsep seperti itulah, kiranya yang seharusnya benar-benar jadi pijakan kita dalam manajemen pengelolaan penyakit menular, termasuk penyakit bersumber nyamuk. Artinya, di sini kita butuh data pemetaan distribusi penyebaran kasus penyakit bersumber nyamuk dengan tempat-tempat yang dijadikan lokasi tempat berkembang biakan nyamuk vektor tersebut. Efek positifnya, tentu sangat menunjang sekali bagi petugas kesehatan dalam perencanaan pembrantasan penyakit bersumber nyamuk secara efektif, efesien, dan tepat sasaran.

Penangulangan Penyakit

Kalau kita jujur, sesungguhnya mewabahnya penyakit DBD di wilayah Indonesia dewasa ini, bukan hanya karena sikap dan pola hidup kita yang tidak higienis/sehat. Tapi, juga akibat adanya pemanasan global yang turut memicu dan mempercepat pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut. Pada tataran ini, nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak mungkin hidup dan berkembang biak.

BACA JUGA:  Sanitasi Penyehatan Makanan Sebagai "Penghalau" Keracunan Makanan

Adanya fenomena itu, diakui Anies, bahwa pemanasan global itu telah membuat jelajah nyamuk semakin luas. Hal inilah, yang menyebabkan melesetnya perencanaan tentang program kesehatan maupun pengembangan wilayah yang kurang memperhatikan faktor lingkungan.

Dalam arti lain, diungkap Anies, perubahan iklim akibat pemanasan global, ternyata sangat menguntungkan bagi habitat serangga tertentu sebagai penular penyakit. Dalam hal ini, siklus hidup serangga tersebut semakin pendek, sehingga dalam jangka waktu singkat populasinya meningkat.

Timbulnya penyakit DBD, chikungunya maupun malaria, sering dihubungkan dengan kelembapan udara dan curah hujan. Jadi, tidak mengherankan bila orang mengatakan bahwa kondisi iklim mempunyai hubungan erat dengan terjadinya suatu penyakit.

Akhirnya, secara kaca mata epidemiologis, penyakit bersumber nyamuk harus ditanggulangi dengan pendekatan holistik. Yakni dengan meminimalkan semua faktor resiko yang terkait dengan faktor-faktor epidemiologis (seperti manusia inang, nyamuk vektor, patogen berserta lingkungannya).

Jadi, dengan memahami konsep manajemen penanggulangan penyakit bersumber nyamuk tersebut, penulis yakin bahwa kita tidak akan bertanya-tanya lagi. Ada apa dengan terjadinya penyakit bersumber nyamuk dewasa ini?***

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

One thought on “Manajemen Penanggulangan Penyakit Bersumber Nyamuk

Tinggalkan Balasan

error: