Info KesehatanMikrobiologiPenyehatan Air Minum

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Escherichia coli

Radiasi sinar matahari

Radiasi matahari merupakan faktor abiotik yang paling efektif menyebabkan kematian FIB di lingkungan perairan. Proses inaktivasi FIB oleh sinar matahari melibatkan tiga mekanisme utama yang memanfaatkan jalur fotobiologis, fotooksidatif, dan fotokimia. 

Radiasi matahari, terutama pada panjang gelombang yang lebih rendah (yaitu sinar ultraviolet (UV)) dapat secara langsung menyebabkan kerusakan DNA (mekanisme fotobiologis) dan oksidasi isi seluler (mekanisme fotooksidatif). Tetapi, mekanisme ini hanya efektif pada kedalaman yang dapat dijangkau sinar matahari (mis. air permukaan atas) (Whitman et al., 2004). Apalagi, kita tahu karena air merupakan penyaring cahaya yang efektif. Hal ini sebagian besar terjadi di kolom air bagian atas (kedalaman <22 cm) atau di permukaan tanah. 

Dalam proses inaktivasi fotokimia, radikal bebas oksigen (O•) dan hidrogen peroksida (H2O2) dihasilkan ketika oksigen (O2) dan bahan organik terkena sinar matahari. Bahan kimia yang merusak ini dapat dikirim ke daerah yang lebih dalam (kedalaman 90 cm) dari lingkungan air (Whitman et al., 2004).

Pada konteks ini, pengaruh sinar matahari pada kelangsungan hidup E. coli dapat bervariasi menurut waktu insolasi atau kekeruhan lingkungan air. Di tanah dan sedimen, E. coli mungkin menerima lebih sedikit dampak dari sinar matahari daripada di lingkungan air.

Kehadiran mikro-organisme lain

Escherichia coli berinteraksi dengan mikroorganisme lain di semua habitat alami. Escherichia coli dapat dimangsa oleh protozoa dan dilisis oleh fag. 

Kedua mekanisme biologis itu telah dilaporkan bertanggung jawab atas hingga 70% penghilangan FIB selama 120 jam di air sungai (Korajkic et al., 2014). Escherichia coli ini perlu bersaing dengan mikro-organisme asli untuk sumber nutrisi yang terbatas, dan mempertahankan diri dari antagonisme di lingkungan. 

BACA JUGA:  Mobil Edukasi Dengue

Populasi Escherichia coli tumbuh jauh lebih baik di tanah steril vs tanah tidak steril. Hal ini, menunjukkan bahwa mikrobiota memiliki efek penting pada kelangsungan hidup E. coli (Unc, Gardner and Springthorpe, 2006), (Ishii et al., 2010). 

Kelangsungan hidup populasi E. coli yang baru-baru ini diperkenalkan ke lingkungan juga dipengaruhi oleh keragaman komunitas mikroba asli. Misalnya, kelangsungan hidup strain E. coli O157:H7 yang diperkenalkan dan keragaman komunitas mikroba asli diamati dalam proporsi terbalik (van Elsas et al., 2011), menunjukkan bahwa relung ekologis penuh dengan mikrobiota yang sangat kompleks mungkin sulit untuk menyerang.

Kemampuan untuk membentuk biofilm

Biofilm yang dibentuk oleh E. coli pada permukaan di lingkungan perairan, seperti sedimen, merupakan faktor terkenal yang berkontribusi terhadap persistensi E. coli di lingkungan alami (Lee et al., 2006). Biofilm melindungi bakteri dari kondisi lingkungan yang tidak bersahabat seperti radiasi UV, pengeringan, predator protozoa, dan bahan kimia termasuk antibiotik dan desinfektan (McDougald et al., 2012). 

Keberadaan mereka juga, ternyata dapat menyediakan bakteri dengan sumber nutrisi. Sel bakteri yang terlepas dari biofilm dewasa dapat diangkut ke lokasi lain dengan meningkatkan laju aliran di lingkungan perairan dan menghasilkan pembentukan biofilm baru (McDougald et al., 2012). Hal ini, menunjukkan bahwa E. coli yang terbawa biofilm dapat diangkut ke lokasi alternatif dan diamati tanpa bukti kontaminasi tinja di lingkungan.

Akhirnya, dapat dikatakan kalau kemampuan strain E. coli untuk memperoleh nutrisi, bersaing dengan mikro-organisme lain, bertahan hidup dan tumbuh di lingkungan cenderung bervariasi menurut strain dan genotipe. 

Dengan demikian, kemampuan bertahan/pertumbuhan yang berbeda di antara strain E. coli dapat menyebabkan pergeseran populasi E. coli dalam air limbah atau sedimen yang dipengaruhi feses(Anderson, Whitlock and Harwood, 2005) dan di tanah yang diubah kotorannya (Topp et al., 2003).

BACA JUGA:  Filosofi PHBS, Sanitasi dan Memutus Penularan Penyakit

Semoga informasi tentang faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup Escherichia coli ini bermanfaat. Sehingga kita dapat menyikapi keberadaan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup Escherichia coli ini secara baik. Salam sehat dan sukses selalu!***

❤oOo❤_

Untuk mendapatkan update tentang informasi terbaru dari www.Insanitarian.com, silahkan ikuti kami lewat media sosial di bawah ini:

Instagram: https://www.instagram.com/arda.dinata/

Facebook: https://web.facebook.com/Inspirasiarda

Anda tidak ingin ketinggalan informasi dari leman website In SANITARIAN INDONESIA di  https://insanitarian.com/! Caranya klik whatsApp di bawah ini:

Silakan share informasi ini agar nilai manfaatnya bisa dirasakan para pembaca lainnya. Oke, saya tunggu juga tanggapannya di kolom komentar ya!

_❤oOo❤_

Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:

Arda Dinata penulis buku Strategi Produktif Menulis dan kolomnis di:

https://insanitarian.com/ ,

http://www.produktifmenulis.com,

https://ardadinata.com/, dan

https://www.miqraindonesia.com/

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: