Banjir Hikmah Pengelolaan Lingkungan
Banjir hikmah pengelolaan lingkungan. Inilah hal yang harus kita kedepankan terkait pengelolaan lingkungan, misalnya terjadinya banjir. Lewat fenomena banjir kita bisa mengambil hikmah untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
Banjir hikmah pengelolaan lingkungan. Persoalan lingkungan adalah bukan masalah perseorangan atau kelompok tertentu. Jadi, setiap kita harus bekerjasama menjaga dan mengelola lingkungan ini dengan baik. Buktinya, adanya pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dilakukan oleh sekelompok orang, telah mengakibatkan kerusakan dan masyarakat banyak akan merasakan getahnya.
(Arda Dinata)
Oleh: Arda Dinata
In SANITARIAN ā HUJAN terus menerus yang mengguyur beberapa waktu belakangan ini, mulai menebar ancaman dan bahkan bencana bagi warganya. Pada kenyataannya, bencana banjir secara sporadis mulai terjadi di beberapa wilayah di Jawa Barat. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, media mewartakan kalau warga dan pemerintah pun kalang kabut, sibuk mencari penyebab dan jalan keluar dari persoalan tersebut.
Fenomena tentang air dewasa ini (baca: hujan, banjir, dan kekeringan) adalah pelajaran bagi orang yang berakal sehat. Sehingga kita tidak hanya mampu dalam mengelola air itu secara baik dan bermanfaat. Tapi, kita juga harus menyadari kalau air pun merupakan ciptaan Allah yang mesti ādibacaā, karena segala cipataan-Nya di bumi ini mengandung banyak pelajaran bagi manusia. Untuk itu marilah kita belajar kepada air dan tidak semata-mata cukup dengan memanfaatkannya saja.
Turunnya hujan ini dapat membersihkan manusia dari berbagai polutan atau kotoran yang menempel selama ini. Sebab, air itu adalah zat pelarut yang sangat baik. Diketahui, satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif). Karenanya, bagian oksigen molekul air tersebut masih dapat menarik atom hidrogen dari molekul air lainnya, termasuk zat-zat kimia lain.
Itulah sebabnya, mengapa manusia kalau mandi menggunakan air untuk membersihkan tubuhnya. Selain sebagai pelarut yang baik, air juga termasuk makanan yang sangat penting bagi manusia, setelah oksigen dari udara untuk bernapas. Faktanya, tiap bagian tubuh manusia mengandung air (tulang 25-30%, kulit 70%, gigi 19%, otot 75%, jaringan syaraf 85%, dan darah 92% mengandung air).
Begitu pula halnya agar kita terlindung dari godaan setan dan untuk mensucikan diri, kita diperintahkan berwudu menggunakan air. Tujuannya, agar kita ada dalam keadaan bersih dan suci sewaktu mendirikan shalat atau mengkaji ayat-ayat Al-Quran.
Lebih dari itu, yang pasti air yang turun dari langit adalah air yang bersih dan berguna untuk menyuburkan tanah, untuk memberi minum kepada sebagian besar mahluk hidup, seperti yang tersirat dalam QS al-Furqan [25]: 48-49, āDan Dialah yang mengirimkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului rahmat-Nya, dan Kami menurunkan air yang bersih dari langit. Dengan itu Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak.ā
Jadi, sesungguhnya Allah SWT menurunkan hujan itu sebagai rahmat. Walaupun kemudian, di beberapa daerah ada terjadi bencana banjir, itu semata-mata akibat rusaknya alam pelindung air oleh tangan-tangan manusia yang serakah. Lebih dari itu, melalui karakter yang dimiliki air, mestinya tiap manusia yang menggunakannya akan sejalan dengan kepandaian dalam mengelolanya. Mengapa demikian? Paling tidak menurut Al-Faruqi (2002), hal itu didasarkan atas beberapa ibroh yang dimilikinya.
Pertama, seperti air mengalir, manusiapun berjalanlah sesuai fitrahnya. Pada saat ada sandungan batu atau apa saja, air akan berputar dan apabila datang hambatan yang lebih besar lagi dia akan berkumpul dan bertambah banyak sehingga batu itu tenggelam dan terbawa arus olehnya. Begitu juga manusia pada saat datang rintangan carilah jalan keluar, tetapi apabila halangan jauh lebih besar maka kumpulkanlah kekuatan untuk mengancurkannya.
Kedua, semakin miring tempat air mengalir, maka semakin deras arusnya. Posisi sangat menentukan untuk menang atau kalahnya kebenaran atas kebatilan. Tambah tinggi posisi kita secara kualitas maupun kedudukan kita di mata Allah SWT dan manusia, maka akan semakin mudah kita untuk meluncurkan arus kebenaran untuk menang.
Ketiga, jumlah air yang besar apabila di-manage dengan benar akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa. Manusia yang di-manage dengan bimbingan Ilahi pasti akan mendatangkan kekuatan bagi kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Keempat, sesuai dengan sifatnya air dapat berubah wujud, walaupun dzatnya tetap air. Manusia dalam menjalankan hidupnya boleh jadi dalam bersiasah dapat berpenampilan berbagai peran tetapi harus tetap esensinya adalah wujudnya khilafah Allah SWT di bumi.
Kelima, mata air mengalirkan air yang suci bersih jauh menuju samudera, di jalan pasti banyak muatan yang ikut larut ke dalamnya dan apabila kita tidak ekstra hati-hati menjaga kesucian dan kebersihannya, maka sangat mungkin tidak hanya pasir serta tanah yang ikut larut. Tapi, kotoran dan racun pun sangat mungkin ikut di dalamnya. Untuk itu, kita mestilah menjaga kehidupan itu supaya senantiasa sesuai dengan sumbernya.
Pengelolaan Lingkungan
Persoalan lingkungan adalah bukan masalah perseorangan atau kelompok tertentu. Jadi, setiap kita harus bekerjasama menjaga dan mengelola lingkungan ini dengan baik. Buktinya, adanya pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dilakukan oleh sekelompok orang, telah mengakibatkan kerusakan dan masyarakat banyak akan merasakan getahnya.
Padahal, kalau kita mau jujur, sesungguhnya sangat mudah untuk menentukan kalau di suatu daerah itu telah terjadi kerusakan lingkungan. Salah satu indikatornya, yang kasad mata ialah ketika musim kemarau daerah itu kekurangan air dan sebaliknya bila musim hujan datang maka banjir yang siap datang menerjang daerah tersebut.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.