Kinerja Petugas Mikroskopis Malaria di Wilayah Endemis Malaria Kabupaten Pangandaran
Kinerja petugas mikroskopis malaria di wilayah endemis malaria Kabupaten Pangandaran
Target eliminasi malaria di Jawa Barat masih menyisakan 4 Kabupaten, satu diantaranya Kabupaten Pangandaran. Aspek penting eliminasi malaria adalah kemampuan sumber daya mikroskopis malaria.
Oleh: Joni Hendri
Abstrak
Target eliminasi malaria di Jawa Barat masih menyisakan 4 Kabupaten, satu diantaranya Kabupaten Pangandaran. Aspek penting eliminasi malaria adalah kemampuan sumber daya mikroskopis malaria. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian kemampuan identifikasi sediaan darah malaria dari petugas mikroskopis malaria yang ada di Kabupaten Pangandaran. Prosedur yang dilakukan adalah observasi hasil pemeriksaan slide malaria menggunakan slide terstandar. Hasil penilaian menunjukkan sensitifitas sebesar 97,14 %, spesifitas sebesar 21,43 % dan akurasi sebesar 41,27 %. Kesimpulan: kinerja petugas mikroskopis malaria di wilayah endemis di Kabupaten Pangandaran memiliki kategori “Kurang”.
Kata Kunci: mikroskopis, sensitifitas, spesifitas, malaria, Pangandaran
Kinerja petugas mikroskopis malaria di wilayah endemis malaria Kabupaten Pangandaran
Pendahuluan
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi prioritas baik global maupun nasional sesuai dengan komitmen Global WHO 2007 dan komitmen regional Asia Pasifik 2015. Hal ini tercantum dalam target SDGs 3.3 (Sustainable Development Goals) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 serta Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI.
Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat (indigenous transmission) dalam satu wilayah geografi tertentu. Dengan demikian bukan berarti tidak boleh ada kasus malaria impor maupun vektor di wilayah tersebut. Kabupaten/Kota yang telah memenuhi persyaratan dasar eliminasi (Tidak ada kasus indigenous selama 3 tahun berturut-turut, API<1per 1000 penduduk dan PR <5%) dapat mengajukan untuk dinilai oleh tim penilai eliminasi. Jika persyaraan eliminasi terpenuhi, maka sertifikat akan diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota tersebut.
Di Jawa Barat, dari 27 Kab/Kota masih terdapat 4 Kabupaten yang belum mencapai eliminasi malaria yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan hasil evaluasi di Pulau Jawa, beberapa permasalahan dari kabupaten dalam mencapai eliminasi diantaranya adalah pendanaan yang menurun, petugas kesehatan yang lupa penanggulangan, fasyankes tidak melapor melalui e-sismal, kecepatan dan ketepatan diagnosis, pengobatan dan penanggulangan kasus malaria serta banyak terlaporkan positif palsu dari pemeriksaan malaria akibat tidak ada uji silang. Kecepatan dan ketepatan diagnosis, pengobatan, PE 1-2-5, dan penanggulangan merupakan kunci utama menuju eliminasi malaria di Indonesia. Dengan demikian salah satu rekomendasi yang penting dilakukan adalah penguatan kualitas diagnosis untuk meminimalisir positif/negative palsu (Herdiana, 2020). Dengan demikian memerlukan kemampuan mikroskopis malaria yang baik di masing masing kabupaten/Kota.
Berdasarkan permasalahan diatas, dilakukan penilaian kemampuan pemeriksaan sediaan darah malaria terhadap petugas mikroskopis malaria.Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan kinerja petugas mikoskopis malaria di Kabupaten Pangandaran
Prosedur
Kinerja petugas mikroskopis malaria di wilayah endemis malaria Kabupaten Pangandaran
Kegiatan dilakukan pada tanggal, 21 Februari 2020 di Laboratorium Parasitologi, Farmakologi dan Vilrologi Loka Litbangkes Pangandaran. Penilaian diikuti oleh 2 orang perwakilan dari 4 Puskesmas, dan 1 orang dari Labkesda Pangandaran. Prosedur yang dilakukan adalah observasi hasil identifikasi dari slide yang sudah terkonfirmasi dan terstandar oleh masing-masing peserta. Slide yang digunakan terdiri dari 9 slide malaria terdiri dari 5 slide positif, 4 slide negatif. Dari 5 slide positif tersebut terdiri atas 3 slide spesies Plasmodium vivax dan 2 slide spesies Plasmodium falsiparum. Perhitungan sensitifitas, spesifitas, dan akurasi pemeriksaan berdasarkan ketentuan sebagai berikut (Murhandarwati dkk, 2018):
Sensitifitas : True Positives X 100 %
True Positives + Palse Negatives
Spesifitas : True Negatives X 100 %
True Negatives + Palse Positives
Akurasi : True species X 100 %
Total of positive species slide
Untuk menilai kinerja petugas laboratorium terhadap pemeriksaan sediaan darah malaria,
- Kinerja Laboratorium Baik: Nilai Sensitivitas ≥70%, Spesifisitas ≥70%, Akurasispesies ≥70%.
- Kinerja Laboratorium Cukup: Nilai Sensitivitas 60-69%, Spesifisitas 60-69%, Akurasi spesies 60-69 %.
- Kinerja Laboratorium Kurang: Nilai Sensitivitas <60%, Spesifisitas <60%, Akurasi spesies <60%.
Hasil dan Pembahasan
Kinerja petugas mikroskopis malaria di wilayah endemis malaria Kabupaten Pangandaran
Berdasarkan hasil penilaian, rata-rata sensitifitas petugas sebesar 97,14 %, rata-rata spesifitas sebesar 21,43 % dan rata-rata akurasi pemeriksaan sediaan darah sebesar 41,27 % (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil sensitifitas, spesifitas dan akurasi pemeriksaan sediaan darah malaria
No. | Identitas | Sensitifitas | Spesifitas | Akurasi |
1. | 001 | 100,00 % | 25,00 % | 33,33 % |
2. | 002 | 100,00 % | 0,00 % | 33,33 % |
3. | 003 | 100,00 % | 0,00 % | 22,22 % |
4. | 004 | 80,00 % | 50,00 % | 55,56 % |
5. | 005 | 100,00 % | 25,00 % | 55,56 % |
6. | 006 | 100,00 % | 0,00 % | 33,33 % |
7. | 007 | 100,00 % | 50,00 % | 55,56 % |
Rata-rata | 97,14 % | 21,43 % | 41,27 % |
Pingback: Daftar Artikel Kesehatan - ColorMag