Harta Karun dan Terumbu Karang
Harta karun dan terumbu karang. Ya, harta karun itu bernama terumbu karang. Sebab, dalam ekosistem terumbu karang itu sangat kaya akan spesies, sama kayanya dengan ekosistem hutan hujan di daerah beriklim panas. Ratusan spesies, termasuk coral keras dan lunak, bunga karang, ubur-ubur, anemone, cacing, kepiting, udang galah, ray, penyu, dan hewan-hewan laut lainnya, hidup bergantung pada terumbu karang.
(Deevon Quirolo, dkk; 1994)
Oleh: Arda Dinata
In SANITARIAN – TERUMBU KARANG itu bahasa keindahan. Walau pun dirinya tidak mampu berkata-kata, justru orang yang melihatnya dapat menghasilkan ribuan kata-kata yang indah. Keberadaanya, tidak saja menyejukkan dan menentramkan orang yang melihatnya. Namun, ia juga menjadi tumpuan ekosistem berimbang aneka mahluk hidup lainnya. Jadi, tidak hanya keindahan, dialah harta karun dan terumbu karang.
Dalam buku berjudul Green Means: Living gently on the planet, karya Aubrey Wallace (1994), disebutkan bahwa terumbu karang itu disusun oleh hewan-hewan kecil sederhana selama ribuan, bahkan jutaan tahun. Manusia terjun ke dalam dunia terumbu karang, menerobos atapnya yang tembus cahaya matahari masuk ke dalam taman warna warni di bawah air. Batu-batuan dan bermacam ikan berkilauan di bawah sinar matahari yang menari-nari.
Fenomenanya, semakin dalam semakin hening terasa oleh si penyelam, dan kedamaian pun menjelma. Tapi, ketegangan menyelinap masuk antara pemangsa dan mangsa. Dengan kibasan ekornya, ikan hiu dan barracuda menimbulkan panik, dan dengan kibasan ekor pula mengembalikan kedamaian.
Terumbu karang yang memiliki ekosistem komplit dan berimbang ini, sebetulnya dapat terpelihara secara terus menerus, karena setiap mahluk penghuninya mulai dari polyp karang yang tidak lebih besar dari kepala jarum pentul, hingga ikan hiu sepanjang sembilan meter, masing-masing punya tempat tersendiri di situ. Pokoknya, terumbu karang itu mampu bertahan selama kurun waktu yang sangat panjang, menghadapi badai ganas dan terus terbentuk.
Multi Fungsi
Gambaran terumbu karang di atas, merupakan potret kondisi seandainya tidak terjadi kerusakan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Tepatnya, setelah 450 juta tahun di bumi, terumbu karang sedikit demi sedikit namun pasti, akhirnya mendapat lawan yang lebih kuat dari sekedar ganasnya badai, yaitu manusia.
Tangan-tangan usil manusia itu, tentu sangat berbahaya bagi kelestarian terumbu karang di kemudian hari. Sebagai contoh, keberadaan polyp. Polyp karang ini termasuk keluarga ubur-ubur (Jellyfish). Polyp dapat remuk dengan mudah. Ketika penyelam merambat di bawah air sambil berpegangan pada batu karang, polyp akan luruh kena tangannya.
Bahaya lainnya, penyelam juga membawa bakteri yang bisa menyebabkan wabah black disease. Jika hanya seorang yang mencukil atau merusak bagian kecil dari batu coral, tentu mutu air masih dalam kondisi baik dan belum menjadi masalah serius. Tapi, dengan adanya berjuta-juta orang yang mencukil dan meraba coral, maka mutu air pun menjadi jauh dari baik (baca: menjadi keruh). Sehingga perairan yang dulu sangat jernih dan bening di sinari matahari itu, akan menjadi keruh dan berwarna kehijau-hijauan.
Kondisi tersebut, bila benar-benar menimpa ekosistem terumbu karang yang ada di perairan laut Indonesia, sungguh amat disayangkan. Pasalnya, ekosistem terumbu karang itu merupakan harta karun yang multi fungsi dan harta karun yang mahal nilainya. Harta karun dan terumbu karang. Ya, harta karun itu bernama terumbu karang.
Faktanya, bisa kita lihat bahwa dalam ekosistem terumbu karang itu sangat kaya akan spesies, sama kayanya dengan ekosistem hutan hujan di daerah beriklim panas. Ratusan spesies, termasuk coral keras dan lunak, bunga karang, ubur-ubur, anemone, cacing, kepiting, udang galah, ray, penyu, dan hewan-hewan laut lainnya, hidup bergantung pada terumbu karang (Deevon Quirolo, dkk; 1994).
Kekayaan harta karun dari terumbu karang ini tidak hanya itu saja, tapi masih banyak yang lainnya, diantaranya berupa potensi makanan dan obat-obatan yang terkandung dalam keanekaragaman hayati terumbu karang. Artinya, jika saja kita mampu mengelola terumbu karang dengan baik, maka perikanan terumbu karang dapat menghasilkan bahan makanan yang besar sekali, mulai dari rumput laut hingga udang galah.
Di sini, terumbu karang juga mengandung aneka macam bahan obat-obatan, beberapa diantaranya sudah diketahui, sedangkan yang lainnya masih dalam pengamatan dan penelitian para ahli. Contohnya, seafan (bunga karang kipas) mengandung prostaglandins yang bermanfaat untuk mengobati penyakit jantung, asma, dan radang usus. Begitu pula, sebuah spesies batu karang di pantai Hana, Maui, menghasilkan polytoxin, yang sudah dimanfaatkan untuk obat penyakit kanker. Dan yang sudah termanfaatkan lainnya adalah struktur tulang coral yang dapat digunakan dalam ilmu bedah untuk mengganti tulang manusia yang telah keropos karena kanker, misalnya.