BiokimiaHyperkesSanitasi Tempat Umum

Bahan Pemadam Api

Kita harus mengenal bahan pemadam api. Sebab, bahaya kebakaran ini setiap saat mengintai kita. Sudah dapat dipastikan akibat kebakaran ini mengakibatkan kerugian yang bernilai jutaan sampai milyaran rupiah.

Arda Dinata
Oleh: Arda Dinata

In SANITARIAN PERISTIWA kebakaran kerap kali terjadi di sekitar kita. Mulai dari kebakaran di rumah perkampungan, kompleks pasar, mall, gedung bertingkat, kebakaran hutan sampai dengan kebakaran kapal di laut. Untuk itu, kita urgent mengenal bahan pemadam api dalam hidup keseharian.

Bila dilihat dari waktu terjadinya peristiwa kebakaran tersebut, kita tidak dapat memperkirakan kapan waktu terjadinya –walaupun selama ini lebih dominan terjadi pada saat musim kemarau-. Artinya, bahaya kebakaran ini setiap saat mengintai kita. Dan sudah dapat dipastikan akibat kebakaran ini mengakibatkan kerugian yang bernilai jutaan sampai milyaran rupiah. Belum lagi bila ada korban jiwa, serta dampak sampingannya yang fatal, seperti: kehilangan tempat tinggal, modal kerja, mata pencaharian, dan lainnya.

Atas dasar fenomena kebakaran seperti itu, maka sebagai langkah antisipasi mengendalikan terjadinya kebakaran di suatu tempat, kita harus mengenal bahan-bahan dan alat-alat yang dapat digunakan sebagai bahan pemadam api. Dewasa ini, kita mengenal ada 5 bahan pemadam api yang bisa digunakan, yaitu:

1. Bahan Pemadan Api Berupa Air

Air sebagai bahan pemadam api merupakan bahan yang terbaik dibandingkan bahan lainnya. Sebab, kita tahu air itu mempunyai kemampuan yang sangat besar sebagai penyerap panas. Selain itu, air mudah didapat dan relative lebih murah dibandingkan bahan lainnya.

Cara pemadam kebakaran dengan bahan air ini, biasanya menggunakan alat penyemprotan (nozzle) yang dapat distel, dibesarkan atau dikecilkan sesuai tujuannya. Ada dua tipe pancaran nozzle ini. Pertama, pancaran lurus (solid stream). Tipe ini digunakan pada pemadaman langsung ke sumber nyala api. Caranya dengan mengarahkan secara langsung ke benda yang terbakar (pangkal nyala api).

BACA JUGA:  Mencermati Dampak Negatif Bahan Pengawet Makanan: Sebuah Kajian Mendalam

Kedua, pancaran pengabutan (fog). Kegunaan dari tipe ini adalah mampu mengurangi nyala api secara terus menerus, dapat membuat tabir air untuk mencegah menjalarnya api atau panas, dan mampu sebagai pendingin ruangan.

Bila kita bandingkan di antara kedua tipe itu, ternyata pancaran pengabutan mempunyai beberapa keuntungan daripada pancaran lurus, yaitu mempunyai kemampuan menyerap panas (pendinginan) yang lebih besar, penyemprotan lebih mudah dikendalikan, dan menghasilkan udara segar.

2. Bahan Pemadan Api Dari Api Busa (Foam)

alat api busa
Alat pemadam api busa beraksi (sumber foto: media.istockphoto.com)

Busa adalah bahan pemadam api yang efektif digunakan untuk kasus kebakaran akibat minyak, solar, dan bahan lainnya. Bahan busa ini dihasilkan oleh reaksi kimia. Bahan kimia yang digunakan biasanya campuran Natrium Bicarbonate dengan Alumunium Sulfat, yang dilarutkan dalam air. Hasilnya, suatu busa yang volumenya dapat mencapai sepuluh kali volume campuran tersebut.

Pemadaman api oleh busa ini didasarkan pada sistem isolasi. Yakni mencegah agar oksigen tidak mendapat kesempatan untuk beraksi. Peran ini dimainkan busa dengan jalan menyelimuti permukaan bahan yang terbakar (minyak), sehingga nyala api tidak menjalar.

Arti lainnya, arah pancaran nozzle tidak ditujukan langsung ke nyala api, tapi kearah depan atau belakangnya. Walau demikian, dapat juga pancaran diarahkan ke pangkal nyala api.

3. CO2

layanan CO2 (Karbondioksida)
Dua tangki merah air pemadam api dan layanan CO2 (Karbondioksida) di lantai kantor, sekolah, atau di pusat perbelanjaan (sumber foto: media.istockphoto.com)

CO2 atau Karbondioksida adalah bahan pemadam api yang paling baik untuk kebakaran kelas B (minyak, dll) dan kelas C (peralatan listrik).

Bahan CO2 yang berupa gas ini berpengaruh untuk mengurangi kadar oksigen di udara. Kita tahu, pada kondisi udara normal, kadar oksigen ialah 21%. Bila pemadam CO2 digunakan, maka kadar oksigen dapat turun antara 12 – 15%. Artinya kondisi tersebut menyebabkan reaksi pembakaran akan terhambat, nyala api akan berangsur-angsur padam.

BACA JUGA:  Surveilans Kualitas Tanah: Menjaga Jantung Bumi untuk Generasi Masa Depan

Menurut catatan Gatot Soedharto, proses pemadaman dengan CO2 dapat berjalan dengan cepat bila tidak ada angin atau arus udara. Sebab, setelah dipancarkan, gas CO2 akan memenuhi ruangan. Dan karena berat jenisnya lebih besar dari udara, maka gas CO2 akan turun menyelimuti nyala api. Pemadaman akan terhambat bila arus udara yang berhembus di sekitar nyala api. Oleh sebab itu, kata Gatot, pemadaman CO2 paling efektif digunakan untuk pemadaman di dalam ruangan. Misalnya, disiapkan untuk pemadaman kamar-kamar mesin kapal, ruangan generator, ruangan berisi panel-panel listrik, dll.

4. Bahan Pemadam Api Powder (Dry Chemical)

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: