BiokimiaInfo KesehatanLingkungan FisikOpini

Lempung Sebagai Nenek Moyang Manusia

Bagaimana lempung sebagai nenek moyang manusia? Kristal lempung inilah yang dapat memindahkan informasi antar lapisan-lapisan pada kristal tersebut dan menjadikannya sebagai kandidat alami yang paling mungkin untuk terjadinya organisme pertama yang hidup.

Oleh: Arda Dinata

Lempung adalah warna kehidupan manusia. Keberadaan lempung ini merupakan sejarah tersendiri bagi manusia, karena keberadaan material yang satu ini banyak dimanfaatkan manusia pada awal-awal kehidupannya. Bahkan sepanjang sejarah peradaban manusia.

Dalam Alquran, material lempung ini sering disebutkan sebagai bahan pembentuk manusia pertama yaitu Nabi Adam as. Jadi, kedudukan lempung ini sangat istimewa dalam dunia manusia. Apalagi bila kita dalami beberapa literatur ilmiah sangat mendukung dan telah membuktikan tentang asal usul kehidupan yang menyinggung tentang peranan lempung pada proses terbentuknya kehidupan di muka bumi.

Kalau mau jujur, sejatinya lempung itu sahabat manusia. Faktanya bahwa manusia memang diciptakan dari tanah lempung, ditugaskan untuk memakmurkan tanah, lalu selanjutnya ditakdirkan kembali ke tanah. Karena itu, menurut Ahmad Zarofi AM, memiliki kesadaran geografis dalam pemahaman seorang muslim (manusia-pen) merupakan sikap ‘tahu diri’ yang sudah semestinya kita miliki. Lalu apa sejatinya lempung itu?

Definisi lempung telah banyak diberikan para peneliti seperti Grim yang mengartikan lempung sebagai tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat plastis apabila kondisi basah. Sementara itu, Bowless (1984) mendefinisikan tanah lempung sebagai deposit yang mempunyai partikel berukuran lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari lima puluh persen.

Dari sini, kalau kita teliti lebih jauh, ternyata struktur atomik mineral lempung ini terdiri dari dua unit struktural yaitu SiO4 yang membentuk jaringan oktahedral yang disebut sebagai lempung silika dan Al(OH)3 gibbsite yang membentuk jaringan oktahedral yang disebut sebagai lempung gibbsite atau Mg(OH)2 brucite yang membentuk jaringan oktahedral yang disebut sebagai lempung brucite.

BACA JUGA:  Standar Kompetensi Sanitarian dan Media Lingkungan

Komposisi Lempung

Berdasarkan komposisinya, mineral lempung dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok kaolinite, serpentine, montmorillonite atau smectite, pyrohyllite, talk, mika dan chloride. Pada konteks ini, Dany Hany Juliana (2001) mengungkapkan kalau lempung itu bukan suatu mineral tunggal tetapi merupakan kumpulan mineral dan bahan-bahan koloid.

Lebih jauh, Juliana menuliskan kalau di alam susunan mineral lempung ini terdiri dari:

Pertama, mineral-mineral primer, yaitu mineral-mineral yang ada di dalam batuan beku, atau bantuan induk dan komposisinya tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti. Mineral-mineral ini antara lain: kuarsa, mika dan feldspar.

Kedua, mineral-mineral sekunder adalah mineral-mineral yang dihasilkan dari batuan beku (mineral primer) yang mengalami proses pelapukan dan atau proses hidrotermal.

Berdasarkan keterangan di atas, bila dilihat dari orentasinya dapat dikatakan bahwa partikel-partikel lempung ini membentuk dua struktur yaitu struktur terflokulasi dan terdispersi. Struktur terflokulasi lebih permeable, kompresibel dan lebih sensitif terhadap gangguan daripada struktur terdispresi.

Dalam bahasa lain, lempung terflokulasi sangat baik untuk pertanian, tapi dengan syarat air irigasinya tidak boleh mengandung Natrium karena terlalu banyak Natrium maka menyebabkan lempung terdispersi. Sedangkan lempung terdispersi memiliki permeabilitas rendah, lengket dan amorf serta menjadi keras setelah dikeringkan.

Bahan Dasar Lempung

Bicara tentang asal mula kehidupan, banyak para ahli yang menyebutkan kalau lempung itu merupakan bahan dasar atau memainkan peranan penting dalam proses pembentukan makhluk pertama kali. Fisikawan Irlandia John Desmond Bernal dan geokimiawan dari Swiss, Victor M. Goldschmidt secara terpisah mengemukakan bahwa mineral-mineral lempung telah berperan penting pada pembentukan sintesis kehidupan prebiotik.

Menyikapi dan menindaklanjuti pendapat tersebut, Dr. James Ferris punya ide untuk mendirikan pusat penelitian di Ransellar Polytecnic New York. Lembaga ini fokus bergerak mengkaji tentang peranan lempung dalam sintesa senyawa prebiotik. Pada perkembangan selanjutnya, ada pernyataan yang mengejutkan banyak pihak dari Graham Cairn-Smith yang menyebutkan bahwa kemungkinan lempung itu sebagai nenek moyang manusia. Pernyataan ini kita kenal dengan Clay’s Theory.

BACA JUGA:  Berinvestasi Menyelamatkan Bumi: Kesehatan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Teori Clay’s tersebut didasarkan pada ide tentang organisme pertama adalah semata-mata “naked replicator” dibandingkan berasal dari sel-sel. Pencarian dan penelitian terhadap kandidat yang cocok bagi replicator (pengganda) itu meyakinkan kalau mineral lempung merupakan bahan yang paling cocok sebagai aktornya.

Dalam hal ini, Cairn-Smith menyatakan bahwa lempung dapat menggunakan urutan-urutan yang berbeda dari logam antar lapisannya sebagai bank gen yang dapat melahirkan dan melestarikan gen bagi pembentukan molekul-molekul unggulan ke dalam bentuk kristal-kristal lempung replika yang baru (Ariwachjoedi Bambang; 2003).

Lalu, bagaimana ceritanya lempung ini sebagai replikator diri? Di sini dapat dikemukakan bahwa kristal lempung dapat tumbuh menggunakan proses penumbuhan kristal secara konvensional, yang akan terbagi ketika tekanan mekanik memecah mereka menjadi berkeping-keping. Dan informasi digandakan melalui lapisan kristal selama penumbuhan kristal tersebut.

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

error: