Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat
Sampah dan pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah sampah di masyarakat. Manusia bisa menghasilkan sampah antara 2,5 hingga 3 liter/orang/hari sehingga dapat dibayangkan berapa kubik sampah yang dihasilkan per harinya.
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan di daerah itu sendiri. Lalu, upaya pemberdayaan seperti apa yang bisa dilakukan?
Oleh: Budi Imansyah. S, AMKL Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Sukaraja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi
In SANITARIAN – SAMPAH merupakan barang sisa atau buangan yang memang sudah tak bisa dipakai lagi. Tentunya, sampah sangat merugikan apabila tidak dikelola secara saniter (baik dan sehat) karena akan mengakibatkan pengotoran lingkungan, pencemaran terhadap sumber air, tanah, tempat berkembangbiaknya bibit penyakit, dan bisa sebagai penyumbat air yang bisa menimbulkan banjir. Tak hanya itu, sampah pun bisa merusak keindahan kota dan dapat menimbukan bau yang tidak sedap. (polusi sampah).
Manusia bisa menghasilkan sampah antara 2,5 hingga 3 liter/orang/hari sehingga dapat dibayangkan berapa kubik sampah yang dihasilkan per harinya. Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan di daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Pengaruh positif disini, artinya sampah dengan sistem pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, diantaranya; Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah, sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
Sampah dan pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah sampah di masyarakat. Sebab, pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif yaitu:
Pertama, pengaruh terhadap kesehatan, diantaranya pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit (seperti lalat, tikus, serangga, jamur); penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.
Bahkan, insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Ada juga penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan dan lain sebagainya.
Kedua, pengaruh terhadap lingkungan, di antaranya pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata. Misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat.
Begitu pun, pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal. Di sini, akan terjadi proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat. Kemudian, pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas. Jika musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
Ketiga, pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. Selain itu, dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak pengelola, angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktifitas masyarakat menurun.
Memberdayakan Masyarakat
Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumberdaya yang perlu dan dapat dimanfaatkan. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos ataupun untuk pupuk.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendaur ulangan. Sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.
Pada dasarnya, masalah sampah tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah saja. Sudah saatnya sebagai penghasil sampah kita ikut membantu, bahkan ikut bertanggung jawab dengan mengurus sampahnya sendiri.
Dalam konteks ini, memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga cukup penting. Sebab, hakikatnya sampah dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri.
Salah satu yang dapat dilakukan masyarakat untuk berperan serta mengelola sampah dan melestarikan lingkungan adalah meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah domestik (rumah tangga). Yakni, seperti membuang sampah di sungai dan pembakaran sampah, dengan menerapkan prinsip 4R yakni, reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang) dan replace (mengganti) serta melakukan pemisahan sampah organik dan sampah an-organik.
Prinsip reduce mempunyai arti bahwa masyarakat bisa berusaha lebih sedikit dalam memproduksi sampah. Setiap berbelanja membawa plastik sendiri dari rumah, sehingga mengurangi penggunaan plastik.
Reuse (menggunakan kembali suatu produk untuk tujuan yang sama), yaitu memanfaatkan wadah-wadah bekas yang dapat dipakai seperti gallon, botol-botol bekas atau kaleng bekas.
Tulisan bagus
Makasih… sudah berkunjung dan semoga sehat sukses selalu. Doakan kami agar bisa konsisten membagikan tulisan yang bermanfaat. Aamiin…