Dampak Rokok Terhadap Ekonomi Keluarga
Pengurangan pengeluaran rumah tangga karena anggaran merokok mengakibatkan konsumsi kalori, protein, lemak, dan karbohidrat lebih rendah dibandingkan keluarga penerima bantuan sosial non-perokok. Kurangnya gizi membuat anak-anak yang tumbuh di keluarga berpendapatan rendah dan perokok aktif, juga memiliki anak usia di bawah 15 tahun yang lebih sering sakit dibandingkan mereka yang tidak merokok. Tak hanya berdampak pada kesehatan keluarga, gizi buruk juga membuat capaian pendidikan menjadi jauh lebih rendah dibandingkan keluarga penerima bantuan sosial tetapi tidak merokok.8
Dengan asumsi merokok 1 bungkus per hari dengan harga Rp 25.000/bungkus, maka pengeluaran rokok bisa mencapai Rp. 750.000 per bulan dan Rp. 9.125.000 per tahun. Asumsi tersebut jika hanya ada 1 orang perokok di dalam rumah tangga, jika lebih maka nilainya akan semakin tinggi. Jika saja uang yang dibakar tersebut dikonversikan untuk membeli bahan makanan bergizi, tentu anak-anak bisa mendapatkan makanan bergizi setiap hari. Dengan asumsi anggaran makanan bergizi Rp. 50.000 per hari, maka uang rokok dalam sebulan tersebut akan cukup untuk belanja bahan makanan bergizi selama dua minggu. Alternatif lain adalah jika uang yang dibakar tersebut dijadikan asuransi kesehatan atau pendidikan, tentu bisa menjamin kesehatan dan pendidikan anak-anaknya demi kehidupan yang lebih baik.
Kesimpulan
Merokok dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kesehatan dan non kesehatan. Kerugian kesehatan berupa timbulnya berbagai penyakit berbahaya, hingga kematian. Kerugian non kesehatan diantaranya potensi kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kehilangan tahun produktif akibat sakit, disabilitas, bahkan kematian di usia muda. Dalam skala rumah tangga, biaya yang timbul akibat rokok dapat dialihkan menjadi belanja gizi, pendidikan dan jaminan kesehatan keluarga demi masa depan yang lebih baik.
Sumber
- Hari Widowati. 2019. Tiongkok dan Indonesia Mendominasi Pasar Rokok Dunia. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/31/tiongkok-dan-indonesia-mendominasi-pasar-rokok-dunia. Diakses 31 Maret 2020
- Anonim. 2016. Konsumsi Rokok Per Kapita Indonesia Tertinggi di ASEAN. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/31/konsumsi-rokok-per-kapita-indonesia-tertinggi-di-asean. Diakses 31 Maret 2020.
- Kementerian Kesehatan RI. (2015). Infodatin: Perilaku merokok masyarakat Indonesia berdasarkan riskesdas 2007 dan 2013. In P. D. I. Kementerian Kesehatan (Ed.), Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2–12.
- Soewarta Kosen. 2018. Riset terbaru: kerugian ekonomi di balik konsumsi rokok di Indonesia hampir Rp600 triliun. https://theconversation.com/riset-terbaru-kerugian-ekonomi-di-balik-konsumsi-rokok-di-indonesia-hampir-rp600-triliun-89089. Diakses 31 Maret 2020
- Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes. (2011). Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. (Zuraida, R. Rauf, B. Setiaji, K. Pramudho, A. S. B. Untung, & Y. Elza, Eds.), Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (1st ed.). Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan- Kementerian Kesehatan RI.
- Hamdan, S. R., Yulianti, & Putri, D. W. (2015). Faktor Kontrol Perilaku Merokok Pada Anak Sekolah Dasar. In SNaPP 2015 Kesehatan (Vol. 1).9-14
- Juanita. (2015). Belanja Rokok pada Penerima Bantuan Iuran JKN di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. In 2nd IndonesianConference on Tobacco or Health 2015; “Tobacco Control: saves young generation, save nation”, 30
- Iftinavia Pradinantia. 2019. Tingkat Sosial Ekonomi Perokok Aktif Lebih Rendah Ketimbang Nonperokok. https://merahputih.com/post/read/tingkat-sosial-ekonomi-perokok-aktif-lebih-rendah-dibanding-non-perokok. Diakses 31 Maret 2020
Edisi Cetak Dimuat di: Buletin Inside Edisi 28 Volume XV Nomor 1 Juni 2020
❤oOo❤_
Untuk mendapatkan update tentang informasi terbaru dari www.Insanitarian.com, silahkan ikuti kami lewat media sosial di bawah ini:
Instagram: https://www.instagram.com/arda.dinata/
Facebook: https://web.facebook.com/Inspirasiarda
Anda tidak ingin ketinggalan informasi dari leman website In SANITARIAN INDONESIA di https://insanitarian.com/! Caranya klik whatsApp di bawah ini:
Silakan share informasi ini agar nilai manfaatnya bisa dirasakan para pembaca lainnya. Oke, saya tunggu juga tanggapannya di kolom komentar ya!
_❤oOo❤_
Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:
- Biokimia
- Buku Kesehatan Lingkungan
- Dasar Kesling
- Entomologi
- Hyperkes
- Info Kesehatan
- Inspirasi Sanitarian
- Jurnal Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan Lingkungan
- Lingkungan Fisik
- Majalah Inside
- Mikrobiologi
- Opini
- Parasitologi
- Pembuangan Tinja & Air Limbah
- Pengelolaan Sampah
- Pengembangan Profesi
- Penyehatan Air Minum
- Peraturan
- Promkes
- Renungan
- Rumah Sehat
- Sanitasi Makanan
- Sanitasi Rumah Sakit
- Sanitasi Tempat Umum
- Teknologi Tepat Guna
- Vektor dan Binatang Pengganggu
Pingback: DAFTAR ARTIKEL KESEHATAN - Inspirasi Sanitarian
di salah satu kampung di boyolali ada sebuah kejadian yang menyedihkan dan membuat pikiran saya bergerak untuk mencari : kenapa di era seperti ini masih ada bayi yang meninggal karena kekurangan asupan gizi/kurang gizi? setelah menyelidiki faktor-faktor yang berkelindan terhadap meninggalnya sang bayi tersebut , pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa Ekonomi keluarga memang menjadi faktor yang dominan, namun yang menggelitik saya adalah perilaku sang ayah yang seorang pekerja pabrik dengan penghasilan yang tidak besar lebih mementingkan kebutuhan rokoknya daripada untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya. tragis memang…. kasus semacam ini saya kira hanya sebuah fenomena “gunung es” yang mungkin saja akan banyak terjadi di sekitar kita.