Majalah InsideOpini

Peran Keluarga Dalam Mengatasi Stigma Terhadap ODGJ di Jawa Barat

Peran Keluarga Dalam Mengatasi Stigma Terhadap ODGJ di Jawa Barat

Kondisi kesehatan jiwa di Jawa Barat sangat memprihatinkan. Perbandingannya adalah 1 dari 10 orang warga Jabar memiliki masalah kejiwaan. Potensi kesakitan dan kematian ODGJ yang tinggi serta kekerasan terhadap ODGJ seperti pemasungan kerap muncul.

Oleh: Aryo Ginanjar

Kondisi kesehatan jiwa di Jawa Barat sangat memprihatinkan. Perbandingannya adalah 1 dari 10 orang warga Jabar memiliki masalah kejiwaan. Potensi kesakitan dan kematian ODGJ yang tinggi serta kekerasan terhadap ODGJ seperti pemasungan kerap muncul. Jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) mencapai 72.000 orang dan 1.008 diantaranya pernah mengalami pemasungan. Namun, cakupan ODGJ ke pelayanan kesehatan hanya 10%, diperkirakan terdapat kesenjangan penanganan dan pengobatan. Pembiaran ODGJ masih terjadi dengan perawatan seadanya. Hal ini terjadi karena buruknya kesadaran, pengetahuan dan perilaku dari keluarga dan masyarakat terhadap ODGJ.

Perlakuan buruk terhadap ODGJ dan fenomena pemasungan di Jawa Barat juga diungkapkan oleh studi yang dilakukan oleh Laila dkk (2018) yang menyatakan bahwa masyarakat masih memiliki pemahaman yang salah tentang pasung. Pemasungan dianggap sebagai upaya yang diperlukan untuk melindungi penderita dan orang lain dari perilaku agresif penderita. Kesalahpahaman dan pengetahuan yang buruk tentang gangguan kejiwaan di masyarakat juga menjadi penyebab masih adanya pemasungan.

Peran Keluarga Dalam Mengatasi Stigma Terhadap ODGJ di Jawa Barat

Teori Perilaku dan Kebijakan Kesehatan Jiwa

Berdasarkan Planned Behavior Theory, masalah gangguan jiwa sangat erat kaitannya dengan perubahan perilaku. Perubahan perilaku ditentukan oleh tiga aspek yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku, yang berinteraksi untuk memunculkan niat (intention) kuat yang memicu dan mendorong terjadinya suatu perubahan perilaku.

BACA JUGA:  Genom Sekuensing Mengubah Deteksi Penyakit

Gambar 1. Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)

Sasaran perubahan perilaku dengan teori ini bukan pada perilaku ODGJ saja, melainkan perilaku dari orang terdekat atau keluarga dari ODGJ. Perubahan perilaku ditentukan dari aspek-aspek berikut:

  1. Sikap

Sikap dipengaruhi oleh suatu keyakinan seseorang mengenai konsekuensi. Keyakinan tersebut berupa pemikiran akan adanya manfaat dan kerugian apabila seseorang melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.3 Sikap yang salah masih banyak dilakukan oleh orang terdekat sehingga membuat mereka berperilaku negatif kepada ODGJ. Hasil yang akan didapatkan bukanlah manfaat kesembuhan, melainkan  kerugian dengan semakin memburuknya kondisi ODGJ.

  • Norma Subjektif

Norma subjektif adalah persepsi seseorang berdasarkan pandangan dan harapan dari orang sekitar yang berpengaruh kepada dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu.3 Ini terwujud dalam bentuk stigma dari masyarakat yang mempengaruhi keluarga dari ODGJ sehinga keluarga melakukan perilaku yang salah seperti pembiaran dan pemasungan.

  • Persepsi Kontrol Perilaku

Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi seseorang mengenai mudah atau sulitnya perilaku untuk dilakukan, baik dengan usahanya sendiri atau didukung oleh faktor lain.3 Buruknya pemahaman dan pengetahuan dari keluarga mengenai penanganan ODGJ membentuk persepsi kontrol perilaku yang buruk juga, karena keluarga merasa bahwa penanganan ODGJ yang benar itu sulit untuk dilakukan, sehingga mereka mengambil perilaku dan tindakan yang salah.

Segala upaya dalam rangka mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan jiwa, tidak akan pernah terlepas dan kebijakan yang menaunginya. Kebijakan mengenai kesehatan jiwa yang terkait dengan masalah ini adalah diantaranya :

  1. Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
  2. Perda Provinsi Jawa Barat No 5 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa.
  3. Permenkes No. 54 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan Pada ODGJ.
BACA JUGA:  Penyakit Kanker Dapat Dicegah

Meskipun kebijakan telah ada dan telah diberlakukan, namun implementasinya belum optimal sehingga manfaatnya belum terasa bagi sasaran kebijakan maupun masyarakat luas. Perlu dilakukan kajian dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan-kebijakan tersebut sehingga permasalahan utama dari implementasi ini dapat segera diatasi.

Refleksi

Peran Keluarga Dalam Mengatasi Stigma Terhadap ODGJ di Jawa Barat

Stigma negatif dan tindakan tidak manusiawi masih banyak dialami oleh ODGJ. Pembiaran maupun pemasungan tidak akan terjadi bila keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, perhatian dan perilaku yang mendukung. Penerimaan dan komitmen dukungan keluarga serta pengetahuan yang baik mengenai gangguan jiwa dapat secara efektif menurunkan perilaku agresif dan meningkatkan kemampuan ODGJ untuk mengendalikan tindakan agresifnya.

Keluarga seharusnya menjalankan peran sebagai pelindung utama dan menciptakan kondisi emosi yang nyaman. Masyarakat juga diharapkan dapat menunjukkan perilaku bebas stigma. Memberikan penanganan yang optimal kepada ODGJ tidak hanya bermanfaat bagi penderita tetapi juga bagi orang lain. Prinsip-prinsip dalam penanganan ODGJ oleh keluarga diantaranya memastikan ODGJ secara berkala konsultasi dan diskusi dengan dokter jiwa atau psikiater, memastikan terapi obat sesuai anjuran dan pengawasan penyalahgunaan obat, penanganan segera terhadap gejala yang muncul serta terus meningkatkan kepedulian dan perhatian kepada ODGJ.

Stigma negatif masih melekat di sebagian besar masyarakat di Indonesia terhadap ODGJ dan ini berdampak negatif bagi semua pihak. Berikut pernyataan berdasarkan wawancara penulis dengan informan masyarakat awam dan informan pengelola program kesehatan jiwa di salah satu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat:

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

One thought on “Peran Keluarga Dalam Mengatasi Stigma Terhadap ODGJ di Jawa Barat

Tinggalkan Balasan

error: