Info KesehatanMajalah InsideOpini

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

Hampir satu tahun kita bergelut dengan pandemi Covid-19. Banyak perubahan baik kecil maupun besar yang terjadi dalam aktifitas harian kita. Mulai dari kebiasaan bertegur sapa ketika bertemu, aktivitas pekerjaan, aktivitas rekreasi, rutinistas perayaan suatu peristiwa bahkan sampai kegiatan ekonomi pun mengalami perubahan selama pandemi Covid-19 ini.   

Oleh: Hubullah Fuadzy

Hampir satu tahun kita bergelut dengan pandemi Covid-19. Banyak perubahan baik kecil maupun besar yang terjadi dalam aktifitas harian kita. Mulai dari kebiasaan bertegur sapa ketika bertemu, aktivitas pekerjaan, aktivitas rekreasi, rutinistas perayaan suatu peristiwa bahkan sampai kegiatan ekonomi pun mengalami perubahan selama pandemi Covid-19 ini.   

Jika tahun lalu, kita masih bisa dengan mudah bertemu dan bercanda dengan sanak keluarga, sahabat dan teman pada perayaan hari-hari besar, namun semenjak pandemi berlangsung, kita dipaksa untuk menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan.  Kita tidak bisa bersilaturahmi ketika lebaran Idul Fitri, tidak bisa menyantap sate kambing ala Idul Adha bersama para tetangga di sekitar rumah, tidak bisa merasakan hangatnya perayaan Natal bersama keluarga terkasih, bahkan kita tidak bisa merasakan meriahnya perayaan tahun baru di seluruh dunia.

Situasi pandemi dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari ini tentu saja menimbulkan dampak psikologis bagi semua orang, bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Salah satu dampak psikologis yang muncul selama pandemi ini adalah gangguan kecemasan. 

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

Menurut Kementerian Kesehatan, gangguan kecemasan dapat diartikan sebagai kesehatan mental seseorang yang sedang mengalami rasa cemas berlebihan secara terus menerus, berlangsung lama, dan sulit untuk dikendalikan, sehingga mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari seperti berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi, dan menjadi penyendiri.

BACA JUGA:  Mekanisme dan Penanganan Keracunan Merkuri

Badan kesehatan dunia (WHO) menyampaikan bahwa sangat wajar apabila setiap orang merasa cemas, takut, gelisah, dan khawatir ketika dihadapkan pada keharusan untuk mengikuti perubahan tatanan kehidupan. Ditambah perubahan ini mengarah pada ketidakpastian atau ketidaktahuan apa yang dihadapi.

Seperti kita ketahui, dalam konteks pandemi Covid-19 ini, setiap orang dibatasi aktivitasnya guna mendukung upaya pemerintah dalam menghambat penularan virus ini, tetapi sampai hari ini kita belum menyaksikan puncak dari penularan penyakit ini. Kita masih dipertontonkan dengan lonjakan kasus setiap bulannya. Oleh karena itu, kecemasan ini adalah suatu fenomena alam yang pasti terjadi pada setiap orang.

Pada masa pandemi Covid-19, kecemasan setiap individu dipicu oleh faktor yang berbeda-beda, bergantung pada masalah yang dihadapinya. Namun, faktor kunci yang ditenggarai sebagai pemicunya adalah ketakutan tertular Covid-19, rasa panik ketika berhadapan dengan perubahan tatanan kehidupan, gelisah dalam menjalani berbagai batasan dalam beraktivitas, kehilangan pekerjaan, dan kesulitan finansial.

Kendati demikian, perasaan cemas, gelisah, takut, khawatir yang tak kunjung mereda, dibiarkan berlarut-larut membayangi diri kita, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan stress. Dampaknya adalah dapat menurunkan imunitas tubuh dan mengganggu kesehatan fisik kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui dan mengelola rasa cemas tersebut, agar dapat mendeteksi secara dini kondisi kejiwaan, sehingga tidak mempengaruhi kesehatan mental dan fisik kita.

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

Gangguan kecemasan dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tingkatanya.  Umumnya  jenis kecemasan yang dialami oleh masyarakat pada masa pandemi Covid-19 ini dibedakan menjadi empat, yaitu :

  1. Gangguan panik

Gangguan panik dipicu oleh serangan panik, yaitu perasaan takut atau gelisah yang berlebihan secara tiba-tiba terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Orang yang mengalami gangguan panik biasanya akibat dari kekeliruan dalam menilai, membayangkan, atau menginterpretaskan suatu peristiwa yang dianggap sebagai ancaman bagi dirinya karena dapat membahayakan, padahal sebenarnya bukanlah suatu ancaman. Selain itu, gangguan panik juga dipicu oleh faktor-faktor lingkungan fisik dan non fisik lainnya.

BACA JUGA:  Epidemiologi Pencegahan Malaria

Mungkin masih dapat kita ingat bagaimana masyarakat Indonesia membeli masker kesehatan secara sporadis, sehingga mengakibatkan langkanya masker kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan pada saat itu. Bahkan satu box masker kesehatan yang biasa dijual Rp. 50.000, pada masa itu laku dijual dengan harga lebih dari Rp. 500.000 per box.

Satu contoh lagi adalah ketika DKI Jakarta akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama kali, warga DKI berbondong-bondong ke toko swalayan membeli berbagai keperluan sehari-hari secara sporadis (panic buying). Padahal kondisi sebenarnya adalah membatasi aktivitas, bukan melarang untuk beraktivitas.

Artinya, semua aktivitas manusia akan berlangsung seperti biasanya, tetapi pada hal-hal yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan utama masyarakat, pemerintah akan membatasinya. Sehingga memang tidak ada peristiwa yang akan mengancam kebutuhan masyarakat, tetapi pada saat itu masyarakat sedang mengalami serangan panik yang sebagian masyarakat berujung pada gangguan kepanikan.

Seperti disampaikan sebelumnya, kepanikan ini muncul karena kekeliruan dalam proses penilaian yang terjadi berulang kali. Kekeliruan penilaian ini didasari oleh keterpaparan secara terus menerus informasi yang salah atau kurang lengkap.

Oleh karena itu, upaya mencegah kepanikan ini adalah dengan penyampaian edukasi, sosialisasi, dan informasi yang benar, lengkap, serta mudah dimengerti oleh setiap kalangan yang dilakukan secara simultan dan berlangsung lama. Sehingga setiap individu dapat menginterpretasikan suatu peristiwa sebagaimana adanya atau sesuai realita.

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

  • Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Gangguang kecemasan umum merupakan perasaan khawatir atau tegang yang kronis secara berlebihan dan berlangsung lama. Biasanya orang yang terkena GAD akan merasa gelisah, sulit tidur, sulit konsentrasi, serta jantung berdebar-debar meski tidak ada peristiwa yang mengancam sekalipun, artinya semua kondisi baik-baik saja atau berjalan seperti apa adanya.

BACA JUGA:  Sistem Manajemen dan Audit Lingkungan Industri

Pada masa pandemi Covid-19, GAD banyak dipicu oleh pemberitaan media massa dan media sosial yang banyak menyuguhkan berita bernuansa dan bernarasi negatif dibandingkan dengan hal-hal yang memotivasi. Satu contoh adalah penyampaian kondisi terkini kasus Covid-19 di Indonesia yang dilaporkan oleh Juru Bicara Satgas Covid-19, dan dipaparkan setiap sore hari. Narasi pertama yang disampaikan adalah jumlah kasus dan jumlah kematian akibat Covid-19.

Narasi tersebut merupakan narasi negatif yang dapat membentuk stigma negatif pula di masyarakat. Sehingga sebagian masyarakat mengalami kegelisahan dan ketakutan yang berlebihan dan berlangsung lama akibat dari narasi tersebut. Apalagi, setelah penyampaian tersebut, berbagai media massa dan media sosial turut memberitakan lonjakan kasus dan kematian dengan berbagai bentuk dan narasi. Sehingga menambah nuansa mencekam pada masa awal pandemi Covid-19 ini. Maka, bermunculan orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan umum ini di Indonesia.

Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

One thought on “Jangan Anggap Sepele Kecemasan Akibat Pandemi Covid-19

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: