EntomologiKesehatan LingkunganOpiniVektor dan Binatang Pengganggu

Epidemiologi Pencegahan Malaria

Pertama, Penemuan penderita. Penemuan penderita dilakukan dengan aktif oleh petugas khusus (JMD) yaitu dengan cara mengunjungi rumah penduduk secara teratur, juga dilakukan dengan cara pasif yaitu memeriksa semua pasien yang berkunjung ke puskesmas dan rumah sakit swasta maupun pemerintah yang menunjukkan gejala klinis malaria (passive case detection), diambil darahnya kemudian diperiksa dilaboratorium.

Kedua, pengobatan penderita Malaria. Pengobatan dilakukan agar mengurangi kesakitan, mencegah kematian, menyembuhkan penderita dan mengurangi kerugian akibat sakit. Disamping itu juga pengobatan dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dari seseorang yang mengidap penyakit kepada orang sehat lainnya melalui gigitan nyamuk.

Ada berapa cara dan jenis pengobatan terhadap tersangka atau penderita malaria (Depkes RI,1999), meliputi:

(a) Pengobatan malaria klinis, yaitu pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala klinis dan ditujukan untuk menekan gejala klinis malaria dan membunuh gamet untuk mencegah terjadinya penularan.

(b) Pengobatan radikal, yaitu pengobatan yang diberikan kepada seseorang dengan pemeriksaan laboratorium positif malaria. Pengobatan ini ditujukan untuk mencegah timbulnya kambuh.

(c) Pengobatan massal (MDA= Mass Drug administration), ialah pemberian pengobatan malaria klinis kepada semua penduduk (> 80% penduduk) di daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) sebagai bagian dari upaya penanggulangan KLB malaria.

(d) Pengobatan pada penderita demam (MFT= Mass Fever Treatment), dilakukan untuk mencegah KLB dan melanjutkan penanggulangan KLB, yaitu diulang setiap 2 minggu setelah pengobatan MDA sampai penyemprotan selesai.

Ketiga, pemberantasan vektor. Pemberantasan vektor yang dilakukan di Indonesia (Depkes RI; 2003), meliputi: (a) Penyemprotan rumah. Sasaran lokasi penyemprotan rumah di luar Jawa-Bali, diprioritaskan pada desa yang berpotensi rawan KLB. Bila batas penularannya jelas, sasaran lokasi dipersempit di dusun/ kampung. Penyemprotan dilakukan 2 kali setahun, minimal dilakukan 2 tahun berturut-turut dan dilakukan satu bulan sebelum puncak kepadatan vector/dua bulan sebelum puncak insidens. Penyemprotan dihentikan bila PR < 2% dan PCD di puskesmas setempat sudah berjalan baik.

BACA JUGA:  Pengelolaan Pelayanan Sanitasi Lingkungan

(b) Penggunaan kelambu berinsektisida. Kriteria kegiatan pencelupan kelambu diantaranya, bila masyarakatnya menolak untuk penyemprotan rumah (>20%), terjadi penularan di dalam rumah (berdasarkan pengamatan vektor) atau adanya penderita bayi positif.

(c) Biological control. Penebaran ikan pemakan jentik dilakukan di desa daerah malaria yang terdapat tempat perkembangbiakan vektor potensial, airnya permanen dan cocok untuk perkembangbiakan ikan pemakan jentik.

(d) Larvasiding. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan criteria: jarak antara perkembangbiakan dengan pemukiman penduduk masih dalam jarak terbang vektor (± 2 km), penyemprotan dan pencelupan kelambu kurang efektif karena vektornya eksofagik dan eksofilik.

Keempat, pengelolaan lingkungan. Yaitu kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan kegiatan modifikasi dan manipulasi lingkungan dan interaksinya dengan manusia untuk mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan mengurangi kontak manusia dan vektor.

Itulah informasi seputar epidemiologi pencegahan malaria. Semoga bermanfaat dalam upaya eleminasi malaria di Indonesia. Bagaimana menurut Anda?

Arda Dinata adalah peneliti biologi lingkungan dan penulis buku “Bersahabat dengan Nyamuk: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber Nyamuk,” tinggal di Pangandaran.***

❤oOo❤_

Untuk mendapatkan update tentang informasi terbaru dari www.Insanitarian.com, silahkan ikuti kami lewat media sosial di bawah ini:

Instagram: https://www.instagram.com/arda.dinata/

Facebook: https://web.facebook.com/Inspirasiarda

Silakan share informasi ini agar nilai manfaatnya bisa dirasakan para Sanitarian lainnya. Oke, saya tunggu juga tanggapannya di kolom komentar ya!

_❤oOo❤_

Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

_❤oOo❤_

Nikmati tulisan lainnya di sini yang sesuai kategori:

BACA JUGA:  Penyakit Paru Tidak Hanya TBC

Anda tidak ingin ketinggalan informasi dari leman website In SANITARIAN INDONESIA di  https://insanitarian.com/! Caranya klik whatsApp di bawah ini:

Arda Dinata adalah Penulis buku Strategi Produktif Menulis dan penulis kolom di

https://insanitarian.com/ ,

http://www.produktifmenulis.com,

https://ardadinata.com/, dan

https://www.miqraindonesia.com/

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (https://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

2 komentar pada “Epidemiologi Pencegahan Malaria

  • Lewi M. Kawatu, S.Tr.KL

    Sangat membantu pak dalam mencari referensi..👍🙏

  • Puji syukur, kalau kehadiran kami memberi manfaat. Kunjungi terus secara rutin untuk dapat uptade terbaru materi tulisan seputar dunia sanitasi dan kesehatan lingkungan. Jangan lupa share dan tulis komentar terkait materi yang ingin dibahas ya! Salam sehat dan sukses selalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: