Mengenal Perkembangan Parasit Malaria
Mengenal perkembangan parasit malaria, sangat penting dalam upaya pengendalian malaria. Nyamuk yang mengandung sporosoit dan kelenjar ludahnya, kalau menggigit manusia di samping mengeluarkan air ludahnya, sporosoitnya juga ikut terbawa masuk ke dalam tubuh manusia.
Arda Dinata
Oleh: Arda Dinata
In SANITARIAN – Yuk, mengenal perkembangan parasit malaria agar sukses dalam upaya pengendalian malaria. Penderita malaria yang digigit oleh nyamuk (vektor), di samping darahnya yang terhisap ke dalam tubuh vektor, juga terbawa plasmodium dari berbagai stadium aseksual yang ada dalam sel darah yaitu stadium tropozoit, stadium sizon, dan stadium gametosit.
Stadium troposoit dan sizon bersama darah dicerna oleh vektor kemudian mati. Sedangkan stadium gametosit terus hidup dan masuk ke dalam lambung nyamuk vektor. Di dalam lambung, inti mikrogametosit membelah menjadi 4 sampai 8 buah yang masing-masing memiliki bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran 20-25 µm, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar dan kemudian melepaskan diri.
Proses ini (eksplagelasi) hanya berlangsung beberapa menit pada suhu yang optimal. Flagel atau mikro-gametosit kemudian mengalami proses pematangan (maturasi) kemudian mencari makrogametosit untuk melakukan per-kawinan. Hasil perkawinan itu disebut zigot.
Pada mulanya zigot hanya merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak-gerak, tetapi dalam waktu 18-24 jam berubah menjadi bentuk panjang seperti cacing yang dapat bergerak dengan ukuran 8-24 µm yang disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat yang disebut ookista. Jumlah ookista pada dinding luar lambung nyamuk vektor berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus buah.
Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan-bulatan semi transparan, berukuran 40-80 µm dan mengandung butir-butir pigmen. Bila ookista makin membesar dan intinya membelah-belah, pigmen tak tampak lagi. Inti yang sudah membelah kemudian dikelilingi oleh protoplasma dan merupakan bentuk-bentuk memanjang yang ujungnya runcing dengan inti di tengahnya. Bentuk ini disebut sporozoit dengan ukuran panjang 10-15 µm. Ookista kemudian pecah dan ribuan sporozoit keluar dan bergerak dalam rongga badan nyamuk vektor untuk mencapai kelenjar liur (ludah).
Mengenal perkembangan parasit malaria ini sangat penting dalam upaya pengendalian malaria. Nyamuk yang mengandung sporosoit dan kelenjar ludahnya, kalau menggigit manusia di samping mengeluarkan air ludahnya, sporosoitnya juga ikut terbawa masuk ke dalam tubuh manusia.

Penjelasan gambar:
Siklus hidup parasit malaria melibatkan dua inang. Selama makan darah, nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi malaria menginokulasi sporozoit ke dalam inang manusia nomor 1. Sporozoit menginfeksi sel hati nomor 2 dan matang menjadi skizon nomor 3, yang pecah dan melepaskan merozoit nomor 4. (Sebagai catatan, pada P. vivax dan P. ovale tahap dorman [hipnozoit] dapat bertahan di hati dan menyebabkan kekambuhan dengan menyerang aliran darah berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun kemudian.).
Setelah replikasi awal ini di hati (skizogoni ekso-eritrositik). huruf A), parasit mengalami multiplikasi aseksual dalam eritrosit (skizogoni eritrositik huruf B). Merozoit menginfeksi sel darah merahnomor 5. Trofozoit tahap cincin matang menjadi skizon, yang pecah melepaskan merozoit nomor 6. Beberapa parasit berdiferensiasi menjadi tahap eritrositik seksual (gametosit) nomor 7. Parasit tahap darah bertanggung jawab atas manifestasi klinis penyakit.
Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), ditelan oleh nyamuk Anopheles selama menghisap darah nomor 8. Perbanyakan parasit pada nyamuk dikenal sebagai siklus sporogonic huruf C. Sementara di perut nyamuk, mikrogamet menembus makrogamet menghasilkan zigot nomor 9.
Zigot pada gilirannya menjadi motil dan memanjang (ookinet) nomor 10 yang menyerang dinding usus tengah nyamuk di mana mereka berkembang menjadi ookista nomor 11. Ookista tumbuh, pecah, dan melepaskan sporozoit nomor 12, yang menuju ke kelenjar ludah nyamuk. Inokulasi sporozoit ke dalam inang manusia baru melanggengkan siklus hidup malaria.
Dalam tubuh manusia, sporozoit mengalami perkembangan.
Pertama, schizogoni. Sporosoit plasmodium dalam waktu ½-1 jam sudah masuk ke dalam jaringan hati. Sporosoit dari Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale sebagian berubah menjadi hypnosoit, sebagian lagi berubah menjadi sizon hati. Sedangkan Plasmodium falsifarum dan Plasmodium malariae, semua sporosoitnya berubah menjadi sizon hati. Hypnosoit Plasodium vivax dan Plasmodium ovale sewaktu-waktu bisa berubah menjadi sizon hati. Karena itu untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale dikenal adanya rekurensi yaitu kambuh dalam jangka waktu panjang.
Sizon hati mengandung ribuan merosoit yang akan pecah dan keluar dari jaringan hati untuk kemudian masing-masing merosoit ini menginvasi (masuk) ke dalam sel darah merah (sdm). Fase masuknya sporosoit ke dalam jaringan hati sampai keluar lagi dalam bentuk merozoit, disebut fase schizogoni jaringan hati atau fase pra eritrosit. Lamanya fase pra eritrosit dan besarnya sizon hati serta jumlah merosoit pada satu sizon hati, berbeda-beda untuk tiap spesies plasmodium.
Kedua, schizogoni eritrosit. Merosoit yang telah masuk ke dalam sel darah merah, kemudian berubah menjadi bentuk troposoit, yaitu troposoit muda, troposoit lanjut, dan troposoit tua.
Troposoit ini selanjutnya membentuk sizon darah yang mengandung merosoit yaitu bentuk sizon muda, sizon tua, dan sizon matang. Sizon matang mengalami sporulasi yaitu me-lepaskan merosoit untuk kemudian menginvasi sel darah merah baru.
Selanjutnya siklus schizogoni eritrosit berulang kembali. Fase masuknya merosoit ke dalam sel darah merah sampai terbentuknya merosoit untuk menginvasi sel darah merah baru, disebut fase schizogoni eritrosit. Lamanya fase eritrosit dan jumlah merosoit dalam sizon hati, berbeda-beda untuk setiap spesies plasmodium.