Info KesehatanPromkes

Juru Bicara Covid 19 Dr Achmad Yurianto Meninggal Dunia

Juru bicara Covid 19 Dr. Achmad Yurianto meninggal dunia. Berita duka ini tersebar pada Sabtu, 21 Mei 2022 pukul 18.58 WIB dari Malang Jawa Timur.

Juru bicara Covid 19 Dr Achmad Yurianto meninggal dunia, pada Sabtu 21 Mei 2022 pukul 18.58 Wib di Malang Jawa Timur. Banyak kenangan yang berhasil dicatat oleh Egy Massadiah, jurnalis senior yang bersama sama Achmad Yurianto sejak awal pandemi.

Berita duka, pertama kali saya ketahui dari group WA Humas di Lingkungan Badan Litbangkes Kemenkes RI (Sekarang Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan/BKPK Kemenkes RI).

“Innalillahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah, dr Ahmad Yurianto pada hari Sabtu, 21 Mei 2022 pukul 18.58 WIB di Malang.

Semoga beliau diberikan tempat terbaik disisi Allah SWT serta keluarga yg ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran…Aamiin ya robbal alamin.”

Begitupun saya cek di media sosial milik Kemenkes RI, berikut kutipannya:

Juru Bicara Covid 19 Dr Achmad Yurianto Meninggal Dunia

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un 🌹

Turut berduka atas wafatnya dr. Achmad Yurianto pada Sabtu, 21 Mei 2022 di RSUD Syaiful Anwar, Kota Malang, Jawa Timur.

Mari sejenak berdoa semoga beliau diberikan tempat terbaik disisi Tuhan Yang Maha Esa.

Sugeng Tindak Pak Yuri 🌹”

Tweet @KemenkesRI

#

Juru bicara Covid 19 Dr Achmad Yurianto meninggal dunia. Dari sosoknya, menoreh banyak kenangan di masyarakat, termasuk yang dicatat  oleh Egy Massadiah, jurnalis senior yang bersama sama Achmad Yurianto sejak awal pandemi.

Berikut catatan selengkapnya yang dimuat dalam buku TITIK NOL CORONA. Yang tulisannya ini viral diteruskan oleh masyarakat luas. Moga catatan ini, bisa mengenang dan mengenal lebih jauh dari almarhum Dr Achmad Yurianto.

Corona Punya Jubir

Oleh: Egy Massadiah

Juru Bicara Covid 19 Dr Achmad Yurianto Meninggal Dunia
Titik Nol Corona
Cover Buku Titik Nol Corona

Nama Achmad Yurianto pun berkibar-kibar di Tanah Air. Statusnya sebagai juru bicara pemerintah terkait Covid-19, membuat ia tampil di televisi setiap hari. Tak pelak, emak-emak, bapak-bapak, sampai anak-anak pun mengenalnya.

Anda mungkin tahu lewat televisi, yang menayangkan kemun-culannya setiap hari mulai pukul 15.30 WIB. Jika benar begitu, ikuti tulisan ini untuk mengenal lebih dekat sosok Yuri, termasuk kisah-kisah unik yang tidak tampak di layar kaca.

Kita telusur dulu sejarah kemunculannya. Sejak ditunjuk Menkes menjadi Jubir Pemerintah untuk Gugus Tugas Covid-19, Yuri menggelar press conference (prescon) dari kantor KSP (Kantor Staf Presiden). Baru di awal Maret 2020, ia bergeser ke Graha BNPB, markas Gugas Covid-19, yang dikomandani Letjen TNI Doni Monardo.

Hampir satu bulan, Yuri ibarat burung elang yang terbang sendiri (solo flight). Tidak ada tim yang lkhusus membantu. Bahan-bahan pun hanya didapat dari kantornya di Kemenkes. Pendek kata, tidak ada tim yang menyiapkan prescon secara baik dan… profesional.

Setiap hari berbicara di hadapan para wartawan, ditayangkan televisi, dengan topik yang itu-itu saja, mendatangkan persoalan tersendiri. Jika Anda melihat penampilan Yuri begitu tenang dengan tutur kata terstruktur, tidak demikian yang senyatanya.

Tiba saat Yuri menyebut kalimat majemuk yang kompleks dan menimbulkan multi tafsir di sebagian masyarakat. Jika Anda masih ingat, pasca Yuri berbicara dikotomi kaya dan miskin, respon media (utamanya media sosial), justru kontra produktif. Yang muncul ke permukaan justru kesan bahwa pemerintah lebih memperhatikan kelompok kaya dibanding kelompok miskin.

Dikotomi Kaya-Miskin

Padahal, bukan itu maksud Yuri. Justru misi yang hendak disampaikan sebaliknya. Yakni, bahwa orang-orang kaya harus melindungi orang lain. Sebab, pembawa virus ke dalam negeri justru orang-orang kaya yang baru bepergian ke luar negeri. Akan tetapi, berhubung stigma masyarakat mengenai dikotomi kaya-miskin sudah begitu melekat, menjadi sangat susah meluruskannya.

Jika kemudian pemerintah memberi atensi kepada orang-orang yang bepergian ke luar negeri, jelas maksudnya bukan bentuk perhatian lebih kepada orang kaya. Sebaliknya, justru untuk melindungi supaya tidak makin banyak warga yang terpapar.

Bisa dibayangkan, betapa Yuri kelabakan. Antara tugas rutin menyampaikan informasi perkembangan Covid-19 terkini, dengan persepsi keliru yang terlanjur merebak di masyarakat.

Matahari tak bisa diputar arahnya. Hingga datang sekelompok profesional yang juga relawan Covid-19. Mereka tak bisa membiarkan Yuri terbang solo. Muncullah Tb Arie Rukmantara (Unicef Indonesia), yang berinisiatif mengkoordinir media center agar lebih tertata. Ia kemudian berperan sebagai script writer untuk Yuri –dan kemudian—juga untuk dr Reisa Broto Asmoro.

Tentang pembagian tugas antara Yuri dan Reisa, kembali kita serahkan ke Arie dan kawan-kawan. Untuk itu, Arie tidak sendiri. Ia dibantu relawan lain, Neysa Amelia dan Tasril Mulyadi yang bertugas membriefing narasumber pelengkap Yuri. Sebab, ada kalanya, Yuri juga menghadirkan narasumber lain.

Yang tak kalah aktif membantu adalah kru TVRI yang dipimpin Bambang dan Danu Dirja, serta kru RRI Niar dan Sevira. Di bidang live streaming, periode Maret dan April 2020 dikendalikan Ian Satriadi. Lalu sejak Mei hingga sekarang beralih ke Arie Bachdar.

Selain mereka, masih ada Savero, Satya, dan Basra. Para mahasiswa relawan yang membantu visual-grafis untuk ditayangkan. Last but not least, ada Kolonel Inf Kristomei Sianturi dan Kolonel Inf Fadjar Tjahjono dari Mabes TNI dan Kogabwilhan I yang membantu menerapkan protokol kesehatan sekaligus melancarkan proses produksi.

Kelancaran tugas tim ini tak lepas pula dari para personel di Pusdatinkom BNPB, di bawah arahan Kapusdatinkom Raditya Jati.

Pelan-pelan sentuhan itu mengubah panggung Yuri. Itu terjadi tanggal 26 Maret 2020. Artinya, sejak itu Yuri sudah tidak lagi “terbang solo”. Arie membantu menyiapkan script sekaligus men-direct dan mengedit.

Arie pula yang mentradisikan rapat kecil membuat rancangan topik yang akan disampaikan keesokan harinya. Termasuk menentukan durasi. Sebab, problem durasi yang tidak dibatasi, ada kalanya membuat Yuri blank dan gagal fokus.

Durasi yang terlalu lama juga membuat penonton merasa sedang menyaksikan monolog. Tanpa adanya script ditambah durasi tanpa batas, membuat berputar-putar.

Bicara Nonstop

Yang juga tak luput dari perhatian adalah floor director. Ia bertugas mengingatkan Yuri dengan timer. Misal, menit pertama sampai ketujuh bagian pengantar, menit kedelapan sampai ke-10 ganti topik kanal informasi dengan background angka atau statistik di belakang.

Intervensi yang sederhana, tapi hasilnya lebih terarah. Praktis sejak Maret hingga Juli 2020, Yuri bicara nontstop. Pemirsa makin berkenan dengan performanya. Terhadap tim asistensi, Yuri makin rileks.

Jauh seperti yang Anda saksikan di layar kaca. Dalam pergaulan, Yuri sangat humoris. Sangat boleh jadi, ketika berbicara di televisi, Anda melihat Yuri yang serius. Asal Anda tahu, menit-menit se-belum tampil, ia banyak bercanda bersama anggota tim.

Ketika suasana kerja makin kondusif, ide-ide segar pun mengalir deras. Hingga sampai pada urusan fashion. Itulah mengapa, Anda menyaksikan Yuri setiap hari tampil dengan batik yang berbeda.

Bukan saja berbeda, tapi sesekali Yuri mengenakan batik motif custom, seperti batik virus corona, motif burung elang, motif flora dan fauna. Kreatif sekali. Lebih menarik ketika Yuri memadupadankan dengan masker yang selaras.

Anda tentu berpikir, “ada butik yang meng-endorse busana Yuri.” Keliru. Semua batik itu adalah hasil jahitan tangan istrinya. Istri Yuri pula yang menyiapkan baju dan masker suami. Setelah berjalan beberapa hari, teman-teman istri Yuri kemudian berinisiatif menjahitkan baju batik juga buat Yuri. Termasuk maskernya.

Itu yang sesungguhnya terjadi. Dampaknya, masker batik viral. Ibu-ibu ini termasuk yang kecipratan pesanan.

Yang tidak terduga kemudian adalah permainan “bingo”, tebak-tebakan seputar “Pak Yuri pakai baju batik apa hari ini”. Sejumlah wartawan bahkan ikut-ikutan dalam permainan ini.

Terang sudah, audiens berkenan dengan acara press conference Yuri. Bahkan ada peningkatan jumlah audiens yang menyaksikan penampilannya. Termasuk para policy maker yang ingin meng-up-date angka atau data terakhir.

Ketika gimmick marak seputar “motif batik apa yang dikenakan Yuri hari ini”, disusul gimmick-gimmick lain. Misal permainan “bingo kata-kata”. Jika Anda rajin menonton Yuri, tentu termasuk yang memperhatikan beberapa kata yang sangat sering diucapkan Yuri. Misal, “oleh karena itu”, “adalah”. “maka dari itu”. “kita yakin kita bisa”, serta logat Jawa yang medok.

Anak-anak muda bahkan membuat semacam figurin, mainan anak-anak menyerupai tokoh Wolverine, figur-figur superhero, tapi dengan sosok Yuri. Mereka lalu men-dubbing ala logat bicara Yuri.

Keinginan Anak Disabilitas

Pendek kalimat, nama Yuri langsung ngetop. Beberapa orang, diketahui khusus datang ke Graha BNPB untuk melihat penampilan Yuri secara langsung. Bahkan ada satu ibu-ibu datang meminta izin ke Arie untuk diperkenankan mengabulkan permohonan anaknya yang penyandang disabilitas, yang ingin bisa berfoto bareng Yuri.

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

Tinggalkan Balasan

error: