Info KesehatanPromkes

Protein Hewani Cegah Stunting

Pada konteks ini, selain kita harus memastikan kualitas ASI. Bayi juga harus mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IMD) dan Inisiasi Menyusui Dini. Komponen itu merupakan proses yang sangat penting untuk meningkatkan imunitas bayi karena bayi memperoleh kolustrum yang kaya antibodi.

Selain itu, keberadaan Inisiasi Menyusui Dini, juga dapat meningkatkan bonding ibu dan bayi. Kelekatan atau bonding adalah ikatan emosional yang terjalin dengan baik. Bonding orangtua dan anak sangatlah penting agar anak merasa dirinya aman, nyaman, mendapat dukungan dan merasa diakui.

Lebih jauh, setelah memperhatikan kualitas ASI. Langkah selanjutnya, harus memperhatikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

MP-ASI adalah jenis makanan yang diberikan pada bayi untuk melengkapi asupan nutrisi yang didapatkan bayi sebelum menginjak usia 1 tahun. MP-ASI diberikan pada bayi setelah usia 6 bulan karena pada usia tersebut, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si bayi.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, MPASI yang adekuat itu penting untuk menurunkan stunting baru pada usia 6-23 bulan. Pada periode usia 12-23 bulan terjadi peningkatan stunting 1,8 kali lipat, yang diakibatkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani dalam makanan pendamping ASI (MP-ASI).

Hal tersebut, selaras dengan data Studi Diet Total (SDT) 2014 pada tahap Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI), terdapat 23,6% balita 0-59 bulan dengan asupan protein <80% Angka Kecukupan Protein (AKP). Protein hewani penting dalam penurunan stunting.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018) menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll). Penelitian ini menunjukkan konsumsi pangan berasal dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.

BACA JUGA:  Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2020

Sementara itu, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2019 menunjukkan konsumsi telur, daging, susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia. Padahal, Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki potensi sumber daya protein hewani, tetapi konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah.

Hal itu, dibuktikan berdasarkan Data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (di atas standar 57 gram). Tetapi, konsumsi telur dan susu 3.37 gram, daging 4.79 gram dan ikan/udang/cumi/kerang 9.58%.

Jadi, tidaklah berlebihan bila langkah peningkatan gizi masyarakat pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan protein hewani setiap makan akan mempercepat penurunan stunting. Ayo sukseskan peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 dengan menggaungkan: “Protein Hewani Cegah Stunting.”

Akhirnya, semoga informasi terkait Protein Hewani Cegah Stunting ini bermanfaat. Salam sehat dan sukses selalu. (Berbagai sumber/Arda Dinata).***

Arda Dinata.

#ProteinhewaniCegahStunting #HGN2023 #CegahStuntingItuPenting #IsiPiringku 

A Group Member of:
Toko SosmedToko SosmedWWW.ARDADINATA.COMWWW.ARDADINATA.COMInSanitarianMIQRA INDONESIA

admin

www.insanitarian.com adalah Situs Nasional Seputar Dunia Kesehatan, Hygiene, Sanitasi, dan Kesehatan Lingkungan (Sumber Inspirasi & Referensi Dunia Kesehatan, Sanitasi Lingkungan, Entomologi, Mikrobiologi Kesehatan, dll.) yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House. Redaksi dengan senang hati menerima kiriman tulisan ilmiah dengan gaya penulisan secara populer. Panjang tulisan antara 8.000 -10.000 karakter.

One thought on “Protein Hewani Cegah Stunting

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: