OpiniPromkes

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan

Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan. Inilah cara efektif untuk mengembalikan kehidupan normal!

In SANITARIANKondisi rendahnya cakupan vaksinasi harus jadi perhatian kita. Sebab, semua itu dilakukan untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity sehingga bisa membuka berbagai sektor, mulai dari pendidikan, perekonomian dan lainnya.

Walau kondisi kekebalan komunal ini tidak hanya dengan program vaksinasi. Namun, menurut Panji Fortuna Hadisoemarto, pakar epidemiologi dari Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, vaksinasi ini sangat baik untuk mengontrol pandemi meski tidak bisa mencapai herd immunity dalam jangka pendek. Vaksinasi berjasa membantu mengurangi kematian dan angka kesakitan. 

Atas pemikiran itu dan mobilitas vaksin yang ada, maka program vaksinasi dilakukan secara skala prioritas. Bersadarkan laporan jurnal The Lancet Public Health, di Inggris dan Amerika Serikat, melaporkan risiko positif Covid-19 ialah 11 kali lipat lebih tinggi di antara petugas kesehatan garis depan dibandingkan dengan masyarakat umum (Nguyen et al., 2020).

Setelah petugas kesehatan, siapa selanjutnya? Haruskah orang tua, yang paling berisiko terkena penyakit parah dan kematian, menjadi target selanjutnya atau kelompok usia yang paling sering menularkan virus dan paling terlibat dalam fungsi ekonomi masyarakat? 

Saat ini, memprioritaskan orang untuk divaksinasi diputuskan sesuai dengan risiko, maka usia adalah faktor kunci. Orang tua (berusia di atas 65 tahun) memiliki risiko kematian akibat Covid-19 yang jauh lebih tinggi daripada orang muda. Faktor risiko utama lainnya yang memprediksi risiko kematian akibat Covid-19 termasuk adanya penyakit penyerta. Sebuah penelitian dari Inggris menemukan diabetes, asma parah, dan berbagai kondisi medis lainnya, termasuk hipertensi, menjadi faktor risiko kematian terkait Covid-19 (Williamson et al., 2020).

Tapi, jika penularan ingin dihentikan, menargetkan pekerja yang berisiko tinggi terinfeksi dan menularkan maupun yang tidak dapat bekerja dari rumah dan yang berhubungan dengan kelompok berisiko tinggi akan menjadi kuncinya. Ini akan mencakup pekerja di panti jompo, pekerja angkutan umum, dan mereka yang bekerja di industri jasa sehingga hal ini akan bervariasi pengaturan vaksinasinya (Russell and Greenwood, 2021).

BACA JUGA:  Minimisasi Limbah Bikin Rumah Sakit Cerah

Strategi komunikasi 

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

One thought on “Vaksin, Komunikasi, dan Risiko Kesehatan

Tinggalkan Balasan

error: